Minggu, 03 Februari 2019

Paper Pemerintahan dari Herodes Agung sampai Agripa II



PEMERINTAHAN DARI HERODES AGUNG SAMPAI AGRIPA II

1.      Herodes Agung
Herodes Agung merupakan seorang Edom, keturunan Esau anak Ishak dan bercita-cita untuk menjadi raja Israel pada suatu waktu. Herodes Agung menjadi raja atas bangsa Israel pada tahun 37 sebelum Kristus.[1] Pada saat Hirkanus yang memerintah Israel, Herodes Agung memerintah Galilea. Herodes selalu tunduk dan memenuhi kemauan Hirkanus dengan tujuan untuk menggapai cita-citanya. Ketika Yerusalem diserang oleh orang-orang Patria dan menangkap raja Hirkanus. Herodes dengan segera berangkat ke Roma untuk meminta bantuan. Roma dengan segera mengirim tentaranya dan mengalahkan orang-orang Patria serta membebaskan raja Hirkanus. Setelah Yerusalem bebas dari orang-orang Patria, Herodes mulai mengambil hati pihak yang berkuasa. Oleh itu raja Hirkanus tidak lagi diangkat sebagai raja. Hirkanus dibunuh oleh Herodes ketika berusia 80 tahun. Dengan demikian tercapailah cita-cita Herodes. 
Herodes mendapat julukan “Agung” bukan karena kebaikannya melainkan untuk membedakan dia dari anak-anaknya dan untuk menunjukan pemerintahannya yang sangat kejam.[2] Salah satu kekejaman dalam pemerintahan Herodes Agung adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi lelaki di Betlehem (bdk. Mat 2:16). Selain itu dia juga menyuruh orang-orangnya untuk membunuh istrinya, membunuh tiga orang anak kandungnya dan membunuh keluarga dekatnya serta menghukum mati orang-orang yang berani menyatakan  tidak setuju padanya.[3] Dari semua kejadian tersebut kita dapat melihat bahwa betapa kejamnya Herodes Agung saat menjadi raja Israel. Sekalipun terhadap darah dagingnya dia tidak peduli. Selain itu raja Herodes Agung memperoleh kekayaan yang sangat besar dengan cara merampok orang-orang yang kaya.[4] Semua kekayaannya digunakan untuk kemewahan hidupnya di istana, membiayai tentaranya dan untuk memberi hadiah kepada sahabat-sahabatnya. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa tujuan utama dari kekejaman Herodes Agung adalah untuk mempertahankan kedudukannya.
Di sisi lain Herodes Agung juga memiliki sikap-sikap yang terpuji. Ketika rakyat di negerinya mengalami musibah kelaparan yang hebat, dia menjual semua emas dan perak yang ada di istananya untuk membeli gandum di Mesir dan memberi gandum tersebut kepada mereka yang kelaparan.[5] Dia juga sangat menghargai semua hubungan luar negeri dengan melestarikan hubungan persahabatannya tersebut dan sikapnya itu mendapat kepercayaan yang begitu besar. Meskipun Herodes Agung terkenal karena kekejamannya dalam pemerintahan. Namun dia juga memiliki kebaikan yang cukup luar biasa karena ketulusannya dalam hubungan persahabatan dan cintanya terhadap rakyatnya yang menderita kelaparan. Selain itu dia juga memperbaiki Bait Suci sehingga menjadi lebih indah.
Raja Herodes Agung wafat pada tahun 4 sM, hal ini bertentangan dengan tahun yang kita gunakan pada saat ini karena raja Herodes Agung masih hidup selama dua tahun setelah kelahiran Tuhan Yesus Kristus.[6] Secara matematis kita dapat menyimpulkan dua hal yaitu;
1.      Yesus Kristus lahir pada tahun 6 sM karena setelah Yesus berumur dua tahun baru raja Herodes Agung meninggal.
2.      Tarikh yang kita gunakan sekarang tidak betul karena pada tahun 6 sM Yesus sudah lahir sehingga dapat disimpulkan bahwa sepatutnya pada tahun 6 sM adalah Tahun 1 sM. Maka menjadi jelas bahwa raja Herodes Agung meninggal pada tahun 2 M.
2.      Anak-Anak Herodes Agung (Arkhelaus, Herodes Antipas dan Filipus)
Setelah kematian raja Herodes Agung, muncul berbagai pemberontakan-pemberontakan karena bangsa Yahudi sangat benci kepada keluarga Herodes dan mereka juga mengirim beberapa orang Yahudi untuk memohon kepada kaisar Agustus agar tidak mengangkat anak-anak Herodes Agung menjadi raja di Israel.[7] Namun kaisar Agustus agak ragu-ragu untuk membuat keputusan sehingga pada akhirnya dia tidak mengindahkan permohonan orang-orang Yahudi melainkan membagi kerajaan Israel Menjadi tiga bagian untuk diperintah oleh anak-anak raja Herodes Agung.[8] Kaisar Agustus membagikan kerajaan tersebut kepada mereka dengan bagian masing-masing:
1.      Arkhelaus memerintah di Yudea, Idumea dan Samaria.
Arkhelaus memerintah dalam waktu sepuluh tahun. Pemerintahannya tidak dapat berlangsung lama karena dia dipecat dari jabatannya oleh kaisar Agustus. Pemecatan ini terjadi karena adanya keluhan dari Yudea dan Samaria yang menjadi pertimbangan bagi kaisar Agustus. Selain Itu pemerintahan Arkhelaus juga dapat menandingi kekejaman ayahnya raja Herodes Agung sehingga membahayakan keamanan dan ketenteraman jalur perdagangan yang terpenting dari Siria menuju Mesir.[9] Pada akhirnya daerah kekuasaan Arkhelaus diperintah oleh wali negeri Romawi.
2.      Herodes Antipas memerintah di Galilea dan Perea.
Pemerintahan Herodes Antipas hampir menyerupai ayahnya dan saudaranya karena dia juga membangun suatu kota dan kota tersebut bernama Tiberias mengikuti nama kaisar Tiberius.[10] Pada mulanya dia menikah dengan puteri Aretas IV namun setelah menceraikan istrinya, dia menikah dengan Herodias istri Filipus saudaranya yang menyebabkan kematian santo Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 14:3). Dia juga Herodes yang mengadili Yesus sebelum disalibkan.[11]
3.      Filipus memerintah di Iturea dan Trakhonistis.
Filipus merupakan raja yang sangat rendah hati, adil dan benar dalam segala tindakannya.[12] Filipus menikah dengan anak puteri Herodias yang menyebabkan kematian Santo Yohanes Pembaptis. Dia memiliki satu kesamaan dengan ayahnya yaitu; suka memperhatikan gedung-gedung. Dalam pemerintahannya, dia memugar dan memperbesar kota Panias. Kota ini dinamakan Kaisarea Filipi. Filipus meninggal pada tahun 33 M atau 34 M.[13] Setelah Filipus meninggal, negaranya digabungkan dengan Siria dan pada tahun 37 diberikan kepada Agripa I.
3.      Agripa I dan Agripa II
-      Pemerintahan Agripa I
Agripa I sangat disenangi oleh golongan-golongan terkemuka dalam negaranya. Dia diangkat sebagai raja di seluruh daerah pemerintahan kakeknya, Herodes Agung oleh Klaudius sebagai ungkapan terimah kasihnya kepada Agripa I yang telah melakukan peran penting di Roma.[14] Setelah dua tahun Agripa I mendapat warisan pemerintahan dari Filipus, dia juga terlibat dalam usaha untuk menyingkirkan Herodes Antipas sehingga Herodes Antipas dibuang dan Agripa I menerima semua daerahnya. Meskipun dia telah diangkat oleh Klaudius untuk menjadi raja, tetapi dia tidak sombong pada Klaudius, buktinya dia masih membantu Klaudius dalam perang menyelesaikan bentrokan antara orang-orang Galilea dan orang-orang Samaria yang disebabkan oleh seorang Galilea yang terbunuh di Samaria dan tidak diurus oleh Ventidus Cumanus wali negeri yang memerintah Samaria dan Galilea.[15]  Dialah yang menyuruh orang membunuh Yakobus saudara Yohanes dengan pedang.[16] Agripa I meninggal ketika sedang berpidato kepada rakyatnya karena pada waktu itu dia tidak memberi hormat kepada Allah sehingga ditampar oleh malaikat Tuhan lalu mati dimakan oleh cacing (bdk. Kis 12:21-23).

-      Pemerintahan Agripa II
Agripa II merupakan anak dari Agripa I. Pada tahun 44 saat ayahnya meninggal dia baru berusia tujuh belas tahun.[17] Dia mendapat pendidikan di Roma dan setelah ayahnya meninggalpun dia masih berada di Roma. Dia diangkat menjadi raja Khalkis, suatu daerah kecil di Libanon pada tahun 49 dan juga mengawasi Bait Allah serta mendapat hak untuk mengangkat imam besar. Pada tahun 53 kerajaannya mulai meluas karena ditambah dengan daerah Abilene dan dia juga mendapat hadiah dari Nero yaitu untuk memerintah kota Abila, kota Yulias, kota Tiberias dan kota Tarikhea. Dalam masa pemerintahannya sempat terjadi bentrokan yang diakibatkan oleh kehilangan uang pajak.[18] Masalah tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Agripa II. Di sisi politik dia sangat setia pada Roma, buktinya semua uang yang dicetak tertera nama dan gambar kaisar. Dia meninggal sekitar tahun 92 karena ceritanya tidak pasti dan kebenarannya juga diragukan.[19]
Pada akhirnya kita dapat mengetahui bahwa pimpinan dari anak-anak, cucu dan cicit Herodes Agung membawa sifat-sifatnya dalam tugas sebagai raja. Meskipun tidak semuanya ada pada masing-masing pribadi dari anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Mereka sungguh mewakili kebaikan dan kejahatan yang telah dilakukan oleh Herodes Agung.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA
Jagersma, H. Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba : Sejarah Israel dari  sM. – 135 M. (Judul Asli: Geschiedenis van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj. Soeparto Poerbo (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 2003.

SUMBER BUKU PENUNJANG
Bergant, Dianne dan Karris, Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisuis), 2002.


[2] Bdk. H. Jagersma. Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba : Sejarah Israel dari  sM. – 135 M. (Judul Asli: Geschiedenis van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj. Soeparto Poerbo (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003), 147.
[3] Bdk. David L Barker dan John J Bimson. Ibid., 4.
[4] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 155.
[5] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 148.
[6] Bdk. J. H. Bavinck. Sejarah Kerajaan Allah 2 : Perjanjian Baru. Penterj. A. Simanjuntak (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 10.
[7] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 5.
[8] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 163.
[9] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 164.
[10] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 165.
[11] Dianne Bergant dan Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisuis, 2002), 247.
[12] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[13] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[14] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 186.
[15] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 188.
[16] Dianne Bergant dan Robert J. Karris. Ibid., 247.
[17] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 189.
[18] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.
[19] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.


EmoticonEmoticon