PEMERINTAHAN
DARI HERODES AGUNG SAMPAI AGRIPA II
1.
Herodes
Agung
Herodes Agung merupakan seorang Edom,
keturunan Esau anak Ishak dan bercita-cita untuk menjadi raja Israel pada suatu
waktu. Herodes Agung menjadi raja atas bangsa Israel pada tahun 37 sebelum
Kristus.[1] Pada saat
Hirkanus yang memerintah Israel, Herodes Agung memerintah Galilea. Herodes
selalu tunduk dan memenuhi kemauan Hirkanus dengan tujuan untuk menggapai
cita-citanya. Ketika Yerusalem diserang oleh orang-orang Patria dan menangkap
raja Hirkanus. Herodes dengan segera berangkat ke Roma untuk meminta bantuan.
Roma dengan segera mengirim tentaranya dan mengalahkan orang-orang Patria serta
membebaskan raja Hirkanus. Setelah Yerusalem bebas dari orang-orang Patria,
Herodes mulai mengambil hati pihak yang berkuasa. Oleh itu raja Hirkanus tidak
lagi diangkat sebagai raja. Hirkanus dibunuh oleh Herodes ketika berusia 80
tahun. Dengan demikian tercapailah cita-cita Herodes.
Herodes mendapat julukan “Agung”
bukan karena kebaikannya melainkan untuk membedakan dia dari anak-anaknya dan
untuk menunjukan pemerintahannya yang sangat kejam.[2] Salah
satu kekejaman dalam pemerintahan Herodes Agung adalah perintah untuk membunuh
bayi-bayi lelaki di Betlehem (bdk. Mat 2:16). Selain itu dia juga menyuruh
orang-orangnya untuk membunuh istrinya, membunuh tiga orang anak kandungnya dan
membunuh keluarga dekatnya serta menghukum mati orang-orang yang berani
menyatakan tidak setuju padanya.[3] Dari
semua kejadian tersebut kita dapat melihat bahwa betapa kejamnya Herodes Agung
saat menjadi raja Israel. Sekalipun terhadap darah dagingnya dia tidak peduli.
Selain itu raja Herodes Agung memperoleh kekayaan yang sangat besar dengan cara
merampok orang-orang yang kaya.[4] Semua
kekayaannya digunakan untuk kemewahan hidupnya di istana, membiayai tentaranya
dan untuk memberi hadiah kepada sahabat-sahabatnya. Dengan demikian kita dapat
melihat bahwa tujuan utama dari kekejaman Herodes Agung adalah untuk
mempertahankan kedudukannya.
Di sisi lain Herodes Agung juga
memiliki sikap-sikap yang terpuji. Ketika rakyat di negerinya mengalami musibah
kelaparan yang hebat, dia menjual semua emas dan perak yang ada di istananya
untuk membeli gandum di Mesir dan memberi gandum tersebut kepada mereka yang
kelaparan.[5] Dia juga
sangat menghargai semua hubungan luar negeri dengan melestarikan hubungan
persahabatannya tersebut dan sikapnya itu mendapat kepercayaan yang begitu
besar. Meskipun Herodes Agung terkenal karena kekejamannya dalam pemerintahan. Namun
dia juga memiliki kebaikan yang cukup luar biasa karena ketulusannya dalam
hubungan persahabatan dan cintanya terhadap rakyatnya yang menderita kelaparan.
Selain itu dia juga memperbaiki Bait Suci sehingga menjadi lebih indah.
Raja Herodes Agung wafat pada tahun 4 sM, hal ini
bertentangan dengan tahun yang kita gunakan pada saat ini karena raja Herodes
Agung masih hidup selama dua tahun setelah kelahiran Tuhan Yesus Kristus.[6] Secara
matematis kita dapat menyimpulkan dua hal yaitu;
1. Yesus
Kristus lahir pada tahun 6 sM karena setelah Yesus berumur dua tahun baru raja
Herodes Agung meninggal.
2. Tarikh
yang kita gunakan sekarang tidak betul karena pada tahun 6 sM Yesus sudah lahir
sehingga dapat disimpulkan bahwa sepatutnya pada tahun 6 sM adalah Tahun 1 sM.
Maka menjadi jelas bahwa raja Herodes Agung meninggal pada tahun 2 M.
2.
Anak-Anak
Herodes Agung (Arkhelaus, Herodes Antipas dan Filipus)
Setelah kematian raja Herodes Agung,
muncul berbagai pemberontakan-pemberontakan karena bangsa Yahudi sangat benci
kepada keluarga Herodes dan mereka juga mengirim beberapa orang Yahudi untuk
memohon kepada kaisar Agustus agar tidak mengangkat anak-anak Herodes Agung
menjadi raja di Israel.[7] Namun kaisar
Agustus agak ragu-ragu untuk membuat keputusan sehingga pada akhirnya dia tidak
mengindahkan permohonan orang-orang Yahudi melainkan membagi kerajaan Israel
Menjadi tiga bagian untuk diperintah oleh anak-anak raja Herodes Agung.[8] Kaisar
Agustus membagikan kerajaan tersebut kepada mereka dengan bagian masing-masing:
1. Arkhelaus
memerintah di Yudea, Idumea dan Samaria.
Arkhelaus memerintah dalam waktu
sepuluh tahun. Pemerintahannya tidak dapat berlangsung lama karena dia dipecat
dari jabatannya oleh kaisar Agustus. Pemecatan ini terjadi karena adanya keluhan
dari Yudea dan Samaria yang menjadi pertimbangan bagi kaisar Agustus. Selain
Itu pemerintahan Arkhelaus juga dapat menandingi kekejaman ayahnya raja Herodes
Agung sehingga membahayakan keamanan dan ketenteraman jalur perdagangan yang
terpenting dari Siria menuju Mesir.[9] Pada
akhirnya daerah kekuasaan Arkhelaus diperintah oleh wali negeri Romawi.
2. Herodes
Antipas memerintah di Galilea dan Perea.
Pemerintahan Herodes Antipas hampir
menyerupai ayahnya dan saudaranya karena dia juga membangun suatu kota dan kota
tersebut bernama Tiberias mengikuti nama kaisar Tiberius.[10] Pada
mulanya dia menikah dengan puteri Aretas IV namun setelah menceraikan istrinya,
dia menikah dengan Herodias istri Filipus saudaranya yang menyebabkan kematian
santo Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 14:3). Dia juga Herodes yang mengadili Yesus
sebelum disalibkan.[11]
3. Filipus
memerintah di Iturea dan Trakhonistis.
Filipus merupakan raja yang sangat
rendah hati, adil dan benar dalam segala tindakannya.[12] Filipus
menikah dengan anak puteri Herodias yang menyebabkan kematian Santo Yohanes
Pembaptis. Dia memiliki satu kesamaan dengan ayahnya yaitu; suka memperhatikan
gedung-gedung. Dalam pemerintahannya, dia memugar dan memperbesar kota Panias.
Kota ini dinamakan Kaisarea Filipi. Filipus meninggal pada tahun 33 M atau 34 M.[13] Setelah
Filipus meninggal, negaranya digabungkan dengan Siria dan pada tahun 37
diberikan kepada Agripa I.
3.
Agripa
I dan Agripa II
- Pemerintahan
Agripa I
Agripa I sangat disenangi oleh golongan-golongan
terkemuka dalam negaranya. Dia diangkat sebagai raja di seluruh daerah
pemerintahan kakeknya, Herodes Agung oleh Klaudius sebagai ungkapan terimah
kasihnya kepada Agripa I yang telah melakukan peran penting di Roma.[14] Setelah
dua tahun Agripa I mendapat warisan pemerintahan dari Filipus, dia juga
terlibat dalam usaha untuk menyingkirkan Herodes Antipas sehingga Herodes
Antipas dibuang dan Agripa I menerima semua daerahnya. Meskipun dia telah
diangkat oleh Klaudius untuk menjadi raja, tetapi dia tidak sombong pada
Klaudius, buktinya dia masih membantu Klaudius dalam perang menyelesaikan
bentrokan antara orang-orang Galilea dan orang-orang Samaria yang disebabkan
oleh seorang Galilea yang terbunuh di Samaria dan tidak diurus oleh Ventidus
Cumanus wali negeri yang memerintah Samaria dan Galilea.[15] Dialah yang menyuruh orang membunuh Yakobus
saudara Yohanes dengan pedang.[16] Agripa I
meninggal ketika sedang berpidato kepada rakyatnya karena pada waktu itu dia
tidak memberi hormat kepada Allah sehingga ditampar oleh malaikat Tuhan lalu
mati dimakan oleh cacing (bdk. Kis 12:21-23).
- Pemerintahan
Agripa II
Agripa II merupakan anak dari Agripa I. Pada
tahun 44 saat ayahnya meninggal dia baru berusia tujuh belas tahun.[17] Dia
mendapat pendidikan di Roma dan setelah ayahnya meninggalpun dia masih berada
di Roma. Dia diangkat menjadi raja Khalkis, suatu daerah kecil di Libanon pada
tahun 49 dan juga mengawasi Bait Allah serta mendapat hak untuk mengangkat imam
besar. Pada tahun 53 kerajaannya mulai meluas karena ditambah dengan daerah
Abilene dan dia juga mendapat hadiah dari Nero yaitu untuk memerintah kota
Abila, kota Yulias, kota Tiberias dan kota Tarikhea. Dalam masa pemerintahannya
sempat terjadi bentrokan yang diakibatkan oleh kehilangan uang pajak.[18] Masalah
tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Agripa II. Di sisi politik dia sangat
setia pada Roma, buktinya semua uang yang dicetak tertera nama dan gambar
kaisar. Dia meninggal sekitar tahun 92 karena ceritanya tidak pasti dan
kebenarannya juga diragukan.[19]
Pada akhirnya kita dapat mengetahui bahwa
pimpinan dari anak-anak, cucu dan cicit Herodes Agung membawa sifat-sifatnya
dalam tugas sebagai raja. Meskipun tidak semuanya ada pada masing-masing
pribadi dari anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Mereka sungguh mewakili
kebaikan dan kejahatan yang telah dilakukan oleh Herodes Agung.
DAFTAR PUSTAKA
KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.
SUMBER BUKU UTAMA
Jagersma, H. Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba :
Sejarah Israel dari
sM. – 135 M. (Judul Asli: Geschiedenis
van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj. Soeparto Poerbo
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 2003.
SUMBER BUKU PENUNJANG
Bergant, Dianne dan Karris, Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul
Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata
(Yogyakarta: Kanisuis), 2002.
[2]
Bdk. H. Jagersma. Dari Aleksander Agung
sampai Bar Kokhba : Sejarah Israel dari
sM. – 135 M. (Judul
Asli: Geschiedenis van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj.
Soeparto Poerbo (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003), 147.
[3] Bdk. David L Barker dan John J
Bimson. Ibid., 4.
[4] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 155.
[5] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 148.
[6] Bdk. J. H. Bavinck. Sejarah Kerajaan Allah 2 : Perjanjian Baru.
Penterj. A. Simanjuntak (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 10.
[7] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 5.
[8] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 163.
[9] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 164.
[10] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 165.
[11] Dianne Bergant dan Robert J.
Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul
Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata
(Yogyakarta: Kanisuis, 2002), 247.
[12] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[13] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[14] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 186.
[15] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 188.
[16] Dianne
Bergant dan Robert J. Karris. Ibid.,
247.
[17] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 189.
[18] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.
[19] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.
EmoticonEmoticon