KELUARGA, GEREJA RUMAH TANGGA
SEMINARI MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN |
NAMA: JENELY DINUS PATI
KELAS: GRAMATIKA
KELAS: GRAMATIKA
SEMINARI MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN
LATAR BELAKANG
Pada dewasa ini banyak keluarga-keluarga muda yang terbentuk. Hal ini biasanya terjadi akibat dari pergulan yang terlalu bebas sehingga terjadinya hubungan seks secara bebas. Apabila hubungan itu menghasilkan seorang malaikat kecil maka mereka terpaksa membentuk sebuah keluarga tanpa ada persiapan. Oleh itu keluarga-keluarga seperti ini dapat dikatakan sebagai keluarga yang belum matang. Sebuah keluarga yang belum matang kebanyakannya akan menjadi huru-hara. Hal ini kebanyakannya mengakibatkan anak-anak kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Karena kurangnya kasih sayang dari orang tua maka mereka terpaksa mencari jati diri sendiri.
RUMUSAN MASALAH
Apa itu keluarga?
Bagaimana peran orang tua dalam keluarga?
Bagaimana peran keluarga, gereja rumah tangga?
1.KELUARGA
keluarga adalah “sebuah agen atau organisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal bersama dalam satu rumah.” (Idianto Muin, Sosiologi kelas-x, 2006, Hal. 122)
Pada awalnya sebuah keluarga terbentuk dari seorang laki-laki dan seorang perempuanyang menjalin suatu ikatan melalui pertunangan dan dilanjutkan dengan pernikahan samaada secara adat dan agama. Pasangan ini disebut sebagai keluarga baru atau keluarga muda. Dalam membentukan sebuah keluarga dibutuhkan persiapan yang matang. Dalam gereja katolik terdapat tiga persiapan untuk membentuk sebuah keluarga.
Dalam agama katolik keluarga adalah “sumber cinta kasih dari kehidupan pasangan suami-istri dan kehidupan baru yang mereka mulai dan peliahara” (Maurice Eminyan,SJ, Teologi Keluarga, 2001, Hal. 242)
A.PERSIAPAN JAUH
Persiapan jauh dan umum adalah ”persiapan untuk hidup perkawinan dan keluarga sudah harus diberikan kepada anak-anak, remaja, dan kaum muda. Persiapan ini terutama dilakukan di dalam lingkungan keluarga sendiri oleh orang tua, di sekolah dan kelompok pembinaan.” (Alf. Catur Raharso Pr, Paham Perkawianan dalam Hukum Gereja Katolik, 2006, Hal. 252)
Hal tersebut sangatlah baik karena jika seorang anak dididik atau dibimbing sercara baik sejak kecil, maka tidak heranlah jika anak ini mempunyai perilaku dan kepribadian yang baik ketika dewasa. Oleh itu perilaku seorang anak sangat ditentukan oleh didikan orang tua sejak kecil. Mendidik seorang anak dapat umpamakan dengan memelihara pohon jati. Sebatang pohon jati harus diberi perhatian penuh terutama dalam awal pertumbuhannya, apabila pohon tersebut membentuk cabang maka diantara satu ranting cabang tersebut harus dipotong, agar pohon jati tersebut tumbuh tinggi dan lurus. Pada akhirnya pohon jati ini akan menjadi kayu yang baik dan berkualitas.
Seorang anak jika tidak dididik dengan baik dan kurang mendapat kasih sayang dari orang tua sejak kecil. Maka kebanyakannya kehidupan mereka akan menjadi huru-hara. Hal ini menyebabkan mereka terpaksa mencari jati diri sendiri, dan ini kebanyakannya membawa mereka kedalam pergaulan yang sangat bebas sehingga membawa mereka masuk ke dalam dunia gelap.
Namun seorang anak, remaja, dan kaum muda tidak bisa dididik dengan cara kasar karena dapat mempengaruhi sifatnya pada waktu dewasa. Oleh itu seorang anank, remaja, dan kaum muda harus dididik secara baik. Selain itu, orang tua juga tidak bisa melarang anak mereka untuk bermain dengan teman-teman sebayanya. Karena dengan bermain bersama teman-teman sebaya, mereka akan mendapat sesuatu yang baru terutama dalam telenta-talenta. karena talenta dalam keluarga berbeda-beda.
B.PERSIAPAN DEKAT
Persiapan dekat adalah “Persiapan yang diberikan kepada pasangan muda-mudi yang sudah bertunangan dan sedang mempersiapkan diri ke jenjang perkawinan, bagian pokok dari tahapan persiapan dekat ialah kursus perkawinan. Kursus perkawinan bertujuan agar mereka memiliki pengetahuan mengenai ajaran moral yang benar tentang perkawinan dan keluarga, serta dapat pembinaan hati nurani.” (Alf. Catur Raharso Pr, Paham Perkawianan dalam Hukum Gereja Katolik, 2006, Hal. 254)
Pembinaan hati nurani sangatlah baik karena kita dapat mengetahui mana yang benar dan salah . Hal ini sangatlah baik bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan, karena dalam sebuah keluarga pasti ada kesalahpahaman. Oleh itu pembinaan hati nurani sanagt membantu sebuah keluarga agar damai dan sejahtera.
Kata hati ( hati nurani ) itu benar dan pasti . Namun kita sebagai manusia terkadang tidak menghiraukan suara hati, melainkan lebih senang melakukan kehendak daging. Oleh itu tidak heranlah jika kita sering melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Maka dari itu kita harus mempunyai relasi yang kuat dengan Allah agar kita dapat menanggapi atau mendengar suara hati kita dengan baik serta melaksanakannya.
C.PERSIAPAN LANGSUNG
Persiapan langsung adalah “persiapan tahap akhir, yang dilakukan pada bulan atau minggu-minggu terakhir sebelum perayaan sakramen perkawinan, persiapan ini merupakan persiapan puncak. Persiapan ini merupakan satu-satunya alasan persiapan bagi pasangan yang karena alasan wajar tidak bisa mengikuti seluruh proses persiapan sejak awal. Persiapan ini bertujuan untuk melakukan perjumpaan dengan Tuhan yang biasanya dilakukan dengan cara melakukan retret atau pertemuan doa untuk para calon pengantin, penerimaan sakramen tobat, ekaristi dan krisma.” (Alf. Catur Raharso Pr, Paham Perkawianan dalam Hukum Gereja Katolik, 2006, Hal. 256-257).
Persiapan ini secara nyatanya jarang dilaksanakan. Namun tanpa disadari persiapan ini mempunyai maanfaat yang sangat besar bagi mereka yang akan melangsungkan pernikahan. Persipan ini membantu pasangan yang akan melangsung pernihan untuk berdamai dengan Tuhan serta mereka akan merasa lebih dekat lagi dengan Tuhan. Dengan mendekatkan diri dengan Tuhan mereka akan merasakan rahmat yang mengalir dari Tuhan dalam pernikahan mereka. Rahmat ini yang akan membuat mereka akan sungguh-sungguh menghayati sakramen penikahan yang mereka terima sebagai satu tanda yang menyatukan mereka serta sebagai perutusan bagi mereka untuk mewartakan keselamatan di kalangan masyarakat.
Persiapan ini secara nyatanya jarang dilaksanakan. Namun tanpa disadari persiapan ini mempunyai maanfaat yang sangat besar bagi mereka yang akan melangsungkan pernikahan. Persipan ini membantu pasangan yang akan melangsung pernihan untuk berdamai dengan Tuhan serta mereka akan merasa lebih dekat lagi dengan Tuhan. Dengan mendekatkan diri dengan Tuhan mereka akan merasakan rahmat yang mengalir dari Tuhan dalam pernikahan mereka. Rahmat ini yang akan membuat mereka akan sungguh-sungguh menghayati sakramen penikahan yang mereka terima sebagai satu tanda yang menyatukan mereka serta sebagai perutusan bagi mereka untuk mewartakan keselamatan di kalangan masyarakat.
2.PERAN ORANG TUA DALAM KELUARGA
Peran orang tua dalam keluarga adalah “orang tua sebagai guru yang pertama dan utama karena mereka yang mengenalkan dunia dan membimbing si anak belajar hidup, serta wajib mengenal dan membantu anak-anak untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki.” (Prof. Dr. Anita Lie, Kudidik Diriku –demi mendidik anakku-, 2007, Hal. 157)
Namun hal ini tidak kita sadari bahwa orang tua sebagai guru yang pertama dan utama. Secara nyata kita memasuki pendidikan formal pada usia lima tahun ke atas. Pada saat inilah kita mulai mengenal sosok yang bernama guru pada pertama kalinya. Namun sebelum usia kita mencapai lima tahun siapa yang mendidik kita? Oleh itu orang tua harus sadar bahwa tugas mereka bukan hanya memberi benih kehidupan, menerima, mengandung, melahirkan, memelihara, membesarkan, melindungi, menyejahterakan, dan menyekolahkan anak .
Orang tua juga harus memberikan perhatian penuh kepada anak terutama dalam mendidik dan mengasuh agar anak tersebut dapat merasakan kasih sayang sepenuhnya dari orang tua. Sikap orang tua terhadap anak sangat mempengaruhi anak apabila dewasa kelak. Oleh itu tidak heranlah apabila orang tua yang tidak mempunyai waktu bersma anak atau lebih parah lagi jika orang tua yang mengupah pengasuh untuk menjaga anak mereka. Tanpa disadari anak ini tidak mendapat kasih sayang dari orang tua secara langsung, karena anak tersebut dididik, dibesarkan, dan dirawat oleh si pengasuh. Maka tidak heranlah jika kelak anak ini kurang mengabaikan dan mendengarkan nasihat orang tua mereka.
Namun hal ini tidak kita sadari bahwa orang tua sebagai guru yang pertama dan utama. Secara nyata kita memasuki pendidikan formal pada usia lima tahun ke atas. Pada saat inilah kita mulai mengenal sosok yang bernama guru pada pertama kalinya. Namun sebelum usia kita mencapai lima tahun siapa yang mendidik kita? Oleh itu orang tua harus sadar bahwa tugas mereka bukan hanya memberi benih kehidupan, menerima, mengandung, melahirkan, memelihara, membesarkan, melindungi, menyejahterakan, dan menyekolahkan anak .
Orang tua juga harus memberikan perhatian penuh kepada anak terutama dalam mendidik dan mengasuh agar anak tersebut dapat merasakan kasih sayang sepenuhnya dari orang tua. Sikap orang tua terhadap anak sangat mempengaruhi anak apabila dewasa kelak. Oleh itu tidak heranlah apabila orang tua yang tidak mempunyai waktu bersma anak atau lebih parah lagi jika orang tua yang mengupah pengasuh untuk menjaga anak mereka. Tanpa disadari anak ini tidak mendapat kasih sayang dari orang tua secara langsung, karena anak tersebut dididik, dibesarkan, dan dirawat oleh si pengasuh. Maka tidak heranlah jika kelak anak ini kurang mengabaikan dan mendengarkan nasihat orang tua mereka.
3.PERAN KELUARAGA, GEREJA RUMAH TANGGA
Keluarga, gereja rumah tangga adalah “ keluarga sebagai pewarta iman dan teladan bagi linggkungan masyarakat, dan yang utama orang tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anaknya.” (Maurice Eminyan,SJ, Teologi Keluarga, 2001, Hal. 205)
Oleh itu orang tua harus memberi ajaran agama kepada anak sejak kecil lagi agar mereka dapat mengetahui serba sedikit. Oleh itu orang tua tidak bisa membiarkan anak mereka membesar tanpa mengetahui agamanya. Orang tua tidak bisa bergantung sepenuhnya kedapa tenaga pengajar sekolah minggu atau guru agama di sekolah. Maka dari itu tidak heranlah jika mereka berpindah agama. Hal ini sangat mudah terjadi pada anak yang bersekolah di sekolah negeri, karena di sekolah negeri kebanyakannya tidak ada guru agama katolik. Oleh itu orang tua harus memberikan dasar mengenai agama kepada anak-anaknya.
Pada masa kini kita bisa melihat sendiri di sekitar kita bahwa banyak keluarga yang tidak melibatkan diri dalam doa-doa lingkungan. Lebihb parah lagi keluarga yang menolak tawaran untuk melaksanakan doa lingkungan di rumah mereka. Tanpa di sadari keluarga ini menolak Yesus untuk hadir ke rumah mereka. Yesus sendiri bersabda “Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18: 20).
Sebuah keluarga harus mempunyai relasi yang kuat terhadap Allah dan menghayati perkawinan mereka atas persatuan yang disatukan oleh Allah menjadi satu daging. Sebuah keluarga yang damai dan sejahtera serta hidup rukun dan damai dalam lingkungan masyarakat. Sudah pasti keluarga ini bisa dijadikan teladan baik.
KESIMPULAN
Keluarga, gereja rumah tangga merupakan suatu agen atau organisasi. Agen atau organisasi ini terbentuk karena adanya kesatuan yang dibentuk oleh seorang laki-laki dan perempuan yang menjalin hubungan menjadi satu daging yang disatukan dalam Yesus melalui sakramen perkawianan. Kedua pasangan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga, gereja rumah tangga. Terutama dalam mendidik, mendampingi dan membesarkan anak. Orang tua harus sadar bahwa mereka adalah guru yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Orang tua juga harus mendidik anak dari sergi rohani terutama mengajarkaan cara berdoa serta memperkenalkan mereka dengan agama yang mereka anuti. Orang tua harus menunjukan teladan yang baik kepada anak agar sifat dan kepribadian anak mereka sungguh baik.
Orang tua harus sadar bahwa ketika mereka menerima sakramen pernikahan, mereka diutus untuk mewartakan keselamatan di tengah masyarakat. Oleh itu sebuah keluarga katolik harus bisa menjadi teladan di tenngah lingkungan masayarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Muin Idianto, 2006 “Sosiologi Kelas-x” Erlangga, Jakarta.
Eminyan Maurice, 2001 “Teologi Keluarga” Kanisius, Yogyakarta.
Catur Raharso, Alf, 2006 “Paham Perkawianan dalam Hukum Gereja Katolik” Dioma, Malang.
Hartono F, 2007, “Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK” Kanisius, Yogyakarta.
Lee Anita, 2007 “Kudidik Diriku –demi mendidik anakku-“ Dioma, Malang.
EmoticonEmoticon