Minggu, 10 Februari 2019

Who Is The Catholic Priest? Imam Katolik Itu Siapa?




WHO IS THE CATHOLIC PRIEST?



source: http://www.sesawi.net/belajar-dari-berbagai-tipe-romo-2/


Priest is a people who always is called “pastor”, “romo”, “father”, “padre”, “pater” and so on in the Catholic Church. They have many calling due to the different of language in every place made them have a lot of calling. For example, in English language they are called “father”, in Javanese language they are called “romo” and so on. Besides, they almost are different with other people.
First, they almost are smart in thinking, solving problems, managing time for praying, doing sport, taking rest, good in performance and so on. They almost are smart because they had accustomed all more than eight years before become a priest. Besides, some of them always reads book and buy a new book every month or week. They also learn many things from other people around them. In the other hand, they are diligent to do something. It had made them too smart in everything.
Second, they are a servant for all people. They must live around all people and they must know about the condition of all people around them. Besides, they are a prime servant in sacrament. It should for them. Even though, in the midnight or the distance is far. For example; giving the holy oil for people who needs. In the other hand, we can’t celebrate the holy mass without them due to only them can lead the holy mass.
Third, they can’t marry because they must be focus to serve other people. It will make them easy to go and serve in anywhere. It is also a rule from Church and the example of life from Jesus. In the other hand, all of Catholics are their mothers, fathers, brothers, sisters and sons. It made them have many families.
Accordingly, we can see that priests almost are different with other people. We can see its from their daily life and ability. Their daily life and ability made many people labeling that they are able to do anything. Therefore, they were looked different with others.

Rabu, 06 Februari 2019

Perbedaan Baptisan di dalam Gereja Katolik dan Gereja-Gereja Protestan




PERBEDAAN BAPTISAN DI DALAM GEREJA KATOLIK DAN GEREJA-GEREJA PROTESTAN

sumber:http://cursillo.asn.au/fr-johns-reflection-the-feast-of-the-transfiguration/

Pembaptisan pada awalnya dilakukan oleh Santo Yohanes Pembaptis di sungai Yordan (bdk. Mat 3:6). Yesus juga dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan ketika hidup sebagai manusia untuk menggenapi kehendak Allah (bdk. Mat 3:15-16). Baptisan merupakan sebuah wasiat yang diberikan oleh Yesus ketika Dia sedang terangkat ke surga (bdk. Mat 28:19). Baptisan merupakan keselamatan bagi setiap orang agar bisa masuk ke dalam kerajaan surga (bdk. Yoh 3:5). Baptisan membuat seseorang mati dan hidup kembali serta bersatu dalam Yesus Kristus (bdk. Rom 6:3-4). Pada umumnya orang dibaptis dengan air sebagai materi yang utama (bdk. Yoh 1:31, Kis 8:38). Air merupakan lambang penghapusan dosa atau penghapusan kejahatan manusia (bdk. Kej 6-7). Orang yang berhak menerima baptisan adalah mereka yang belum dibaptis dan beriman kepada Yesus Kristus serta memberi diri untuk dibaptis.
Di dalam Gereja Katolik Sakramen Baptis merupakan pembebasan bagi seseorang dari dosa dan diangkat menjadi anak Allah. Selain itu, dia akan diterima secara resmi oleh Gereja Katolik sebagai anggota Gereja Katolik dan sakramen ini menjadi pintu baginya untuk menerima sakramen lainnya.[1] Sakramen ini tergolong dalam sakramen inisiasi yang dapat diterima hanya satu kali seumur hidup. Materi utama dalam Sakramen Baptis adalah air. Namun pada umumnya materi yang digunakan di dalam Gereja Katolik adalah air, lilin, kain putih dan minyak krisma. Sedangkan baptisan dalam situasi darurat bisa menggunakan air saja. Gereja Katolik membaptis dengan cara menuangkan air ke atas dahi atau menenggelamkan ke dalam air sambil mengucapkan kata-kata Trinitas: “aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”. Sedangkan baptisan dengan cara percikan dianggap tidak sah oleh Gereja Katolik.[2] Gereja Katolik menggunakan rumusan baptis sesuai dengan perintah Yesus di dalam kitab suci tanpa menambah dan mengurangi eksistensinya (bdk. Mat 28:19). Hal tersebut yang menentukan sahnya suatu baptisan di dalam Gereja Katolik.
Penerima baptisan di dalam Gereja Katolik terdiri atas dua jenis yaitu: baptisan bayi dan baptisan dewasa. Namun di dalam gereja-gereja protestan hampir tidak ada baptisan bayi. Gereja katolik melaksanakan baptisan bayi dengan alasan agar bayi tersebut memperoleh keselamatan (bdk. Yoh 3:5). Selain itu, untuk memelihara warisan Gereja secara turun-temurun.[3] Namun dengan syarat orang tua dan orang tua wali baptis harus bersedia untuk mendidik anak tersebut sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Beberapa baptisan di dalam gereja-gereja protestan tidak diterima oleh Gereja Katolik karena tidak menggunakan rumusan Trinitas misalnya, baptisan dari GKT Bogor, GKJB Bekasi, GPDI Karmel Cipinang dan lain-lain. Sedangkan baptisan yang diterima oleh Gereja Katolik adalah baptisan dari GMAHK Cimindi Raya, GJBP dan lain-lain karena menggunakan rumusan Trinitas. Hampir semua gereja-gereja protestan membaptis hanya dengan satu materi yaitu; air. Pada umumnya mereka dibaptis dengan cara baptis selam.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU

SUMBER INTERNET
https://www.youtube.com/watch?v=-1vznor9gDM, diakses: 04 Februari 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=CmFsGxR5kZg, diakses: 04 Februari 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=doVusygl3jg, diakses: 04 Februari 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=SC5NBWzNK4A, diakses: 04 Februari 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=fRU_6YCp5p0, diakses: 04 Februari 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=RNaMXNcttGA, diakses: 04 Februari 2019.



[1] Bdk. Silvester Susianto Budi. Tanya Jawab Seputar Kitab Hukum Kanonik Jilid 1. (Yogyakarta: Pohon Cahaya, 2013), 32.
[2] Bdk. Silvester Susianto Budi. Ibid., 33.
[3] Bdk. Silvester Susianto Budi. Ibid., 33.

Minggu, 03 Februari 2019

Renungan Katolik Hiduplah Seperti Anak Kecil



HIDUPLAH SEPERTI ANAK KECIL

sumber: http://resim-indir.sayt.im/sep-oglan-ucun/

“Hiduplah seperti anak kecil!” Itulah salah satu pesan dari injil (Mat 18:1-5). Beberapa orang sering menganggap remeh pada anak kecil terutama budaya lama dari NTT. Beberapa budaya lama di NTT sama sekali tidak bisa menerima pendapat atau masukan dari orang muda apalagi anak kecil, malahan perbuatan seperti ini dianggap tidak sopan. Jangankan memberi pendapat dan masukan, duduk bersama dengan orang dewasa juga tidak bisa karena dianggap tidak sopan.
 Di dalam kitab suci Yesus menggunakan anak kecil sebagai cermin kehidupan yang baik (bdk. Mat 18:2-5) bukan hanya Yesus yang mengungkapkan hal ini tetapi Bunda Maria juga mengungkapkan demikian jika dilihat dalam arti luas (bdk. Luk 1:52). Ungkapan dari Yesus dan Bunda Maria secara tidak langsung menegaskan kembali apa yang dikatakan Allah kepada Samuel ketika hendak mengurapi Daud anak Isai menjadi raja. Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Sam 16:7).
Kehidupan anak-anak sungguh menjadi cermin bagi orang-orang yang ingin hidup dengan baik. Tanpa disadari ada tiga hal menarik yang bisa ditiru dari anak-anak;
1.      Mereka besikap polos atau jujur.
Anak kecil pada umumnya bersifat polos dan tidak bisa berbohong. Mereka selalu mengatakan apa adanya. Di zaman ini sangat sulit menemukan orang yang jujur. Sikap jujur selalu mendapat tantangan yang luar biasa sehingga beberapa orang tidak bisa menerapkan sikap ini karena lebih memilih kebahagian profan dibandingkan kebahagiaan surgawi. Semua hal baik akan kita peroleh jika kita mencari kerajaan Allah terlebih dahulu (bdk. Mat 6:33).
2.      Mereka tidak pernah menghandalkan kemampuan diri sendiri.
Dunia kanak-kanak merupakan dunia bermain. Bermain bersama teman-teman terkadang menimbulkan pertengkaran sehingga muncul sebuah ungkapan yang masih ada sampai saat ini yaitu; “Kasih tahu kau bapakku” atau “Kasih tahu kau mamaku”. Ungkapan tersebut menggambarkan secara jelas bahwa anak-anak tidak menghadalkan kemampuan diri sendiri. Sebagai anak Allah kita seharusnya sadar bahwa segala kemampuan dan kuasa yang kita miliki adalah milik Tuhan sehingga kita bisa menjadi pribadi yang sungguh menghandalkan Tuhan.
3.      Mereka tidak pernah meragukan orang tua (sungguh beriman).
Aku belum pernah melihat anak yang bimbang terhadap hidupnya dengan berpikir apa yang akan dimakan dan diminum pada hari ini karena mereka tidak pernah meragukan orang tuanya. Kehidupan mereka memperlihatkan cara beriman yang sesungguhnya pada Allah dalam menempuh perjalanan kehidupan.
            Dari tiga hal tersebut aku dapat melihat bahwa berjalan di jalan menjawab panggilan Tuhan perlu ada kejujuran, menghandalkan Tuhan dan percaya pada Tuhan. Jujur merupakan aspek yang sangat penting terutama jujur dengan diri sendiri. Jujur dengan diri sendiri bukanlah hal yang mudah karena harus menerima dan menyukuri diri apa adanya terlebih dahulu. Sesudah mengenal dan menerima diri secara mendalam, barulah bisa melangkah dengan yakin namun tetap menghandalkan Tuhan dan percaya pada Tuhan seperti anak kecil yang menghandalkan dan percaya pada orang tuanya.
SUMBER
KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

Paper tentang Santo Paulus Rasul dari Tarsus



SANTO PAULUS RASUL DARI TARSUS

Rasul kelahiran Tarsus ini pada awalnya bernama Saulus. Rasul Paulus lahir sekitar tahun 5 – 15 dan sejak kecil dia sangat tertarik pada disiplin militer sehingga dalam dirinya tumbuh watak seorang militer.[1] Perubahan nama Santo Paulus Rasul dari bahasa Ibrani menjadi bahasa Romawi bukan hanya karena pertobatannya tetapi juga karena pada zaman itu mengganti nama bukanlah hal yang sulit.[2] Buktinya setelah Santo Paulus Rasul bertobat kita dapat melihat di dalam kitab suci yang masih menggunakan nama Saulus sampai pada Kisah Para Rusul bab 13 (bdk. Kis 13: 1-2,4,7,9). Sebelum bertobat Santo Paulus Rasul dikenal sebagai orang yang sangat kejam terhadap para pengikut Yesus Kristus. Semangat Santo Paulus Rasul sangat berkobar-kobar untuk menghancurkan kehidupan jemaat perdana karena sejak kecil dia dididik sebagai orang Farisi sehingga dia wajib menjaga leluhur bangsanya dengan baik.[3] Oleh itu kekejaman Santo Paulus Rasul terhadap jemaat perdana tidak hanya hadir dari dirinya sendiri melainkan didikannya sejak kecil.
Pertobatan Santo Paulus Rasul dimulai dari kisah perjalanannya menuju ke Damsyik (bdk. Kis 9:3-9). Pada saat itu cahaya dari langit mengelilinginya dan dia mendengar suara Yesus yang bersabda kepadanya. Setelah kejadian itu Santo Paulus Rasul bangkit berdiri dan membuka matanya tetapi dia tidak dapat melihat apa-apa karena matanya telah menjadi buta. Oleh itu dia dituntun oleh teman-teman seperjalannya ke Damsyik. Di Damsyik Tuhan telah menyiapkan Ananias sebagai pengantara pertemuan antara Rasul Paulus dengan Yesus.[4] Santo Paulus Rasul dibaptis oleh Ananias saat berada di Damsyik. Setelah menjadi pengikut Yesus Kristus Paulus juga mendapat tantangan yang hebat terutama ketika dia dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (bdk. Kis 14:19). Saat itu orang-orang menyangka bahwa Paulus sudah mati namun ketika dikelilingi oleh murid-murid dia bangkit lagi (bdk. 14:20).
Setelah dibaptis oleh Ananias, Santo Paulus rasul memulai hidup baru bersama-sama dengan Jemaat Perdana. Pada awalnya Paulus bermisi bersama-sama dengan Barnabas namun setelah terjadi perselisihan mereka tidak bersama-sama lagi.[5] Dalam karya misi Paulus yang kedua Barnabas sudah tidak bersama-sama dengan dia. Misi Paulus yang kedua dimulai dari Asia Kecil, Makedonia, Yunani, Tesalonika, Atena, Korintus dan pada akhirnya dia kembali ke basis misinya. Karya misi Paulus yang ketiga dimulai dari Efesus, Yunani dan sampai ke Yerusalem.
Perjalanan misi terakhir Paulus ialah ke Roma. Paulus tinggal di rumah yang disewanya di Roma selama dua tahun (bdk. Kis 28:30). Di Roma Paulus mewartakan kerajaan Allah dan menerima semua orang yang datang kepadanya (bdk. Kis 28:31). Pada akhirnya Paulus meninggal karena kepalanya dipenggal. Saat dipenggal terlihat air dan darah yang mengalir dari tubuh Paulus.
Paulus merupakan rasul yang paling banyak menulis surat untuk jemaat-jemaat yang telah mendapat pewartaan tentang Yesus Kristus dan juga untuk teman-temnnya. Semua tulisan Paulus memberikan pengajaran dan inspirasi yang dapat membuat kehidupan orang kristen menjadi lebih indah seperti pelangi yang menghiasi alam pada saat hujan. Surat-surat yang ditulis oleh Paulus yaitu;
1.      Surat Paulus kepada jemaat di Roma.
2.      Surat Paulus yang pertama dan kedua kepada jemaat di Korintus.
3.      Surat Paulus kepada jemaat di Galatia.
4.      Surat Paulus kepada jemaat di Efesus.
5.      Surat Paulus kepada jemaat di Filipi.
6.      Surat Paulus kepada jemaat di Kolose.
7.      Surat Paulus yang pertama dan kedua kepada jemaat di Tesalonika.
8.      Surat Paulus yang pertama dan kedua kepada Timotius.
9.      Surat Paulus kepada Titus.
10.  Surat Paulus kepada Filemon.
Kendati Santo Paulus Rasul pada awalnya merupakan orang yang anti terhadap para pengikut Yesus Kristus. Namun pertobatannya menjadi ekspektasi bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus. Semua ini dapat kita lihat melalui karya-karya Paulus. Karya-karyanya bukan hanya pada pewartaan tetapi juga semua tulisannya.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA

SUMBER BUKU PENUNJANG
Susianto Budi, Silvester. Mengenal Kitab Suci Perjanjian Baru. Yogyakarta: Pohon Cahaya, 2014.
Benediktus . Para Rasul: Asal-usul Gereja dan Para Teman Sekerja Mereka (Judul Asli: The Apostles: The Origins of the Church and Their Co-workers), Penterj. Emanuel P. D. Martasudjita (Yogyakarta: Kanisius), 2015.

ü  Carilah ayat di dalam Kitab Suci yang menunjukan bahwa Paulus hampir mati!
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.” (Kis 14:19).


[1] Bdk. Silvester Susianto Budi, Mengenal Kitab Suci Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 37-39.
[3] Bdk. Benediktus . Para Rasul: Asal-usul Gereja dan Para Teman Sekerja Mereka (Judul Asli: The Apostles: The Origins of the Church and Their Co-workers), Penterj. Emanuel P. D. Martasudjita (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 112.
[4] Bdk. St Darmawijaya, Ibid., 123.
[5] Bdk. St Darmawijaya, Ibid., 182.

Paper Pemerintahan dari Herodes Agung sampai Agripa II



PEMERINTAHAN DARI HERODES AGUNG SAMPAI AGRIPA II

1.      Herodes Agung
Herodes Agung merupakan seorang Edom, keturunan Esau anak Ishak dan bercita-cita untuk menjadi raja Israel pada suatu waktu. Herodes Agung menjadi raja atas bangsa Israel pada tahun 37 sebelum Kristus.[1] Pada saat Hirkanus yang memerintah Israel, Herodes Agung memerintah Galilea. Herodes selalu tunduk dan memenuhi kemauan Hirkanus dengan tujuan untuk menggapai cita-citanya. Ketika Yerusalem diserang oleh orang-orang Patria dan menangkap raja Hirkanus. Herodes dengan segera berangkat ke Roma untuk meminta bantuan. Roma dengan segera mengirim tentaranya dan mengalahkan orang-orang Patria serta membebaskan raja Hirkanus. Setelah Yerusalem bebas dari orang-orang Patria, Herodes mulai mengambil hati pihak yang berkuasa. Oleh itu raja Hirkanus tidak lagi diangkat sebagai raja. Hirkanus dibunuh oleh Herodes ketika berusia 80 tahun. Dengan demikian tercapailah cita-cita Herodes. 
Herodes mendapat julukan “Agung” bukan karena kebaikannya melainkan untuk membedakan dia dari anak-anaknya dan untuk menunjukan pemerintahannya yang sangat kejam.[2] Salah satu kekejaman dalam pemerintahan Herodes Agung adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi lelaki di Betlehem (bdk. Mat 2:16). Selain itu dia juga menyuruh orang-orangnya untuk membunuh istrinya, membunuh tiga orang anak kandungnya dan membunuh keluarga dekatnya serta menghukum mati orang-orang yang berani menyatakan  tidak setuju padanya.[3] Dari semua kejadian tersebut kita dapat melihat bahwa betapa kejamnya Herodes Agung saat menjadi raja Israel. Sekalipun terhadap darah dagingnya dia tidak peduli. Selain itu raja Herodes Agung memperoleh kekayaan yang sangat besar dengan cara merampok orang-orang yang kaya.[4] Semua kekayaannya digunakan untuk kemewahan hidupnya di istana, membiayai tentaranya dan untuk memberi hadiah kepada sahabat-sahabatnya. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa tujuan utama dari kekejaman Herodes Agung adalah untuk mempertahankan kedudukannya.
Di sisi lain Herodes Agung juga memiliki sikap-sikap yang terpuji. Ketika rakyat di negerinya mengalami musibah kelaparan yang hebat, dia menjual semua emas dan perak yang ada di istananya untuk membeli gandum di Mesir dan memberi gandum tersebut kepada mereka yang kelaparan.[5] Dia juga sangat menghargai semua hubungan luar negeri dengan melestarikan hubungan persahabatannya tersebut dan sikapnya itu mendapat kepercayaan yang begitu besar. Meskipun Herodes Agung terkenal karena kekejamannya dalam pemerintahan. Namun dia juga memiliki kebaikan yang cukup luar biasa karena ketulusannya dalam hubungan persahabatan dan cintanya terhadap rakyatnya yang menderita kelaparan. Selain itu dia juga memperbaiki Bait Suci sehingga menjadi lebih indah.
Raja Herodes Agung wafat pada tahun 4 sM, hal ini bertentangan dengan tahun yang kita gunakan pada saat ini karena raja Herodes Agung masih hidup selama dua tahun setelah kelahiran Tuhan Yesus Kristus.[6] Secara matematis kita dapat menyimpulkan dua hal yaitu;
1.      Yesus Kristus lahir pada tahun 6 sM karena setelah Yesus berumur dua tahun baru raja Herodes Agung meninggal.
2.      Tarikh yang kita gunakan sekarang tidak betul karena pada tahun 6 sM Yesus sudah lahir sehingga dapat disimpulkan bahwa sepatutnya pada tahun 6 sM adalah Tahun 1 sM. Maka menjadi jelas bahwa raja Herodes Agung meninggal pada tahun 2 M.
2.      Anak-Anak Herodes Agung (Arkhelaus, Herodes Antipas dan Filipus)
Setelah kematian raja Herodes Agung, muncul berbagai pemberontakan-pemberontakan karena bangsa Yahudi sangat benci kepada keluarga Herodes dan mereka juga mengirim beberapa orang Yahudi untuk memohon kepada kaisar Agustus agar tidak mengangkat anak-anak Herodes Agung menjadi raja di Israel.[7] Namun kaisar Agustus agak ragu-ragu untuk membuat keputusan sehingga pada akhirnya dia tidak mengindahkan permohonan orang-orang Yahudi melainkan membagi kerajaan Israel Menjadi tiga bagian untuk diperintah oleh anak-anak raja Herodes Agung.[8] Kaisar Agustus membagikan kerajaan tersebut kepada mereka dengan bagian masing-masing:
1.      Arkhelaus memerintah di Yudea, Idumea dan Samaria.
Arkhelaus memerintah dalam waktu sepuluh tahun. Pemerintahannya tidak dapat berlangsung lama karena dia dipecat dari jabatannya oleh kaisar Agustus. Pemecatan ini terjadi karena adanya keluhan dari Yudea dan Samaria yang menjadi pertimbangan bagi kaisar Agustus. Selain Itu pemerintahan Arkhelaus juga dapat menandingi kekejaman ayahnya raja Herodes Agung sehingga membahayakan keamanan dan ketenteraman jalur perdagangan yang terpenting dari Siria menuju Mesir.[9] Pada akhirnya daerah kekuasaan Arkhelaus diperintah oleh wali negeri Romawi.
2.      Herodes Antipas memerintah di Galilea dan Perea.
Pemerintahan Herodes Antipas hampir menyerupai ayahnya dan saudaranya karena dia juga membangun suatu kota dan kota tersebut bernama Tiberias mengikuti nama kaisar Tiberius.[10] Pada mulanya dia menikah dengan puteri Aretas IV namun setelah menceraikan istrinya, dia menikah dengan Herodias istri Filipus saudaranya yang menyebabkan kematian santo Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 14:3). Dia juga Herodes yang mengadili Yesus sebelum disalibkan.[11]
3.      Filipus memerintah di Iturea dan Trakhonistis.
Filipus merupakan raja yang sangat rendah hati, adil dan benar dalam segala tindakannya.[12] Filipus menikah dengan anak puteri Herodias yang menyebabkan kematian Santo Yohanes Pembaptis. Dia memiliki satu kesamaan dengan ayahnya yaitu; suka memperhatikan gedung-gedung. Dalam pemerintahannya, dia memugar dan memperbesar kota Panias. Kota ini dinamakan Kaisarea Filipi. Filipus meninggal pada tahun 33 M atau 34 M.[13] Setelah Filipus meninggal, negaranya digabungkan dengan Siria dan pada tahun 37 diberikan kepada Agripa I.
3.      Agripa I dan Agripa II
-      Pemerintahan Agripa I
Agripa I sangat disenangi oleh golongan-golongan terkemuka dalam negaranya. Dia diangkat sebagai raja di seluruh daerah pemerintahan kakeknya, Herodes Agung oleh Klaudius sebagai ungkapan terimah kasihnya kepada Agripa I yang telah melakukan peran penting di Roma.[14] Setelah dua tahun Agripa I mendapat warisan pemerintahan dari Filipus, dia juga terlibat dalam usaha untuk menyingkirkan Herodes Antipas sehingga Herodes Antipas dibuang dan Agripa I menerima semua daerahnya. Meskipun dia telah diangkat oleh Klaudius untuk menjadi raja, tetapi dia tidak sombong pada Klaudius, buktinya dia masih membantu Klaudius dalam perang menyelesaikan bentrokan antara orang-orang Galilea dan orang-orang Samaria yang disebabkan oleh seorang Galilea yang terbunuh di Samaria dan tidak diurus oleh Ventidus Cumanus wali negeri yang memerintah Samaria dan Galilea.[15]  Dialah yang menyuruh orang membunuh Yakobus saudara Yohanes dengan pedang.[16] Agripa I meninggal ketika sedang berpidato kepada rakyatnya karena pada waktu itu dia tidak memberi hormat kepada Allah sehingga ditampar oleh malaikat Tuhan lalu mati dimakan oleh cacing (bdk. Kis 12:21-23).

-      Pemerintahan Agripa II
Agripa II merupakan anak dari Agripa I. Pada tahun 44 saat ayahnya meninggal dia baru berusia tujuh belas tahun.[17] Dia mendapat pendidikan di Roma dan setelah ayahnya meninggalpun dia masih berada di Roma. Dia diangkat menjadi raja Khalkis, suatu daerah kecil di Libanon pada tahun 49 dan juga mengawasi Bait Allah serta mendapat hak untuk mengangkat imam besar. Pada tahun 53 kerajaannya mulai meluas karena ditambah dengan daerah Abilene dan dia juga mendapat hadiah dari Nero yaitu untuk memerintah kota Abila, kota Yulias, kota Tiberias dan kota Tarikhea. Dalam masa pemerintahannya sempat terjadi bentrokan yang diakibatkan oleh kehilangan uang pajak.[18] Masalah tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Agripa II. Di sisi politik dia sangat setia pada Roma, buktinya semua uang yang dicetak tertera nama dan gambar kaisar. Dia meninggal sekitar tahun 92 karena ceritanya tidak pasti dan kebenarannya juga diragukan.[19]
Pada akhirnya kita dapat mengetahui bahwa pimpinan dari anak-anak, cucu dan cicit Herodes Agung membawa sifat-sifatnya dalam tugas sebagai raja. Meskipun tidak semuanya ada pada masing-masing pribadi dari anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Mereka sungguh mewakili kebaikan dan kejahatan yang telah dilakukan oleh Herodes Agung.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA
Jagersma, H. Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba : Sejarah Israel dari  sM. – 135 M. (Judul Asli: Geschiedenis van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj. Soeparto Poerbo (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 2003.

SUMBER BUKU PENUNJANG
Bergant, Dianne dan Karris, Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisuis), 2002.


[2] Bdk. H. Jagersma. Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba : Sejarah Israel dari  sM. – 135 M. (Judul Asli: Geschiedenis van Israel van Alexander de Grote tot Bar Kochba), Penterj. Soeparto Poerbo (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003), 147.
[3] Bdk. David L Barker dan John J Bimson. Ibid., 4.
[4] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 155.
[5] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 148.
[6] Bdk. J. H. Bavinck. Sejarah Kerajaan Allah 2 : Perjanjian Baru. Penterj. A. Simanjuntak (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 10.
[7] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 5.
[8] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 163.
[9] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 164.
[10] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 165.
[11] Dianne Bergant dan Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (Judul Asli: The Collageville Bible Commentary), Penterj. A. S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisuis, 2002), 247.
[12] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[13] Bdk. J. H. Bavinck. Ibid., 6.
[14] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 186.
[15] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 188.
[16] Dianne Bergant dan Robert J. Karris. Ibid., 247.
[17] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 189.
[18] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.
[19] Bdk. H. Jagersma. Ibid., 191.