DARAMA GORESAN PENA
(Suasana kelas terasa ramai. Shinichi
Kudo dan sahabat sekaligus rivalnya Hattori Heiji sedang asyik duduk membahas
tentang perkembangan kasus yang sedang terjadi di sekolah mereka beberapa hari
belakangan ini.)
Shinichi : Meskipun aku orang yang skeptis terhadap
hal-hal gaib, kasus kali ini memang membuat ku sedikit takut.
Hattori : Sungguh? Tidak biasanya kau akan bicara
seperti ini.
Shinichi : Jangan bodoh! Bukankah kau sendiri juga
ketakutan ketika melihat dengan jelas bahwa meja itu dipenuhi dengan coretan?
Hattori : Tentu saja aku takut. Tapi itu wajar
karena aku memang takut akan hal-hal gaib. Tapi masa kau detektif terkenal dari
Timur takut akan hal-hal gaib?
Shinichi : Terus kalau memang aku detektif dari Timur
gak boleh takut sama setan, gitu? Lu sendiri kan detektif dari Barat!
(Tiba-tiba
datang Saguru Hakuba menengahi pertengkaran mereka berdua)
Saguru : Sudah, sudah. Malu tahu diliat teman
sekelas kalau dua detektif terkenal di kota ini bertengkar hanya karena masalah
gaib.
Hattori : Emangnya kau gak takut apa, Saguru?
Saguru : Takut sih.
Shinichi : Bahkan detektif terkenal dari London juga
takut akan hal beginian.
Saguru : Haha, tapi kita kan profesional jadi kita
tidak boleh menunjukkan itu kepada orang.
Hattori : Wah, apa-apaan ini? Menyinggung ku, ya?
Saguru : Tidak, kok.
Shinichi : Sudahlah, kalian berdua seperti anak kecil
saja.
Saguru : Oh, ya. Aku mendapat perkembangan yang
menarik mengenai kasus ini.
Shinichi : Perkembangan apa itu?
Saguru : Tunggulah setelah pulang sekolah nanti.
Hattori : Kenapa gak sekarang aja?
Saguru : Aku takut kalau ada yang mendengar.
Karena kemungkinan besar pelaku dari kasus yang menghebohkan sekolah kita ini
ada di kelas kita.
Hattori : BENARKAH?
Shinichi : Diam, bego! (Menutup mulut Hattori menggunakan
kertas)
Hattori : Bwahh... kamprett!
(Sekolah telah usai, para murid
berbondong-bondong pulang ke rumah mereka masing-masing, sedangkan ketiga
detektif SMA terkenal ini tetap tinggal di sekolah dan menyelidiki kasus yang
terjadi.)
Shinichi : Cepat ceritakan perkembangannya.
Saguru : Begini, kalian juga pasti shock ketika
mengetahui salah satu meja murid di kelas XI – IPA tiba-tiba penuh dengan
coretan. Tidak ada murid yang ada di sekolah ketika jam pulang dan semua kelas
dikunci.
Hattori : Ya, itu memang sangat membingungkan.
Siapakah yang berani usil mencoret meja dengan keadaan kelas yang terkunci itu?
Saguru : Di sinilah aku mendapat perkembangan yang
unik. Ketika aku meminta izin untuk memeriksa kelas mereka aku mendapati 3
pulpen yang ujungnya sedikit rusak di balik lemari kelas mereka.
Shinichi : Apakah kau membawa pulpen tersebut?
Saguru : Tentu. Ini pulpennya.
Hattori : (Mengambil salah satu pulpen lalu melihat
dengan teliti) Hmm, mengerikan pelaku yang membuatnya. Dia menekan pulpen ini
terlalu kuat sehingga ujungnya sampai rusak begini.
Shinichi : Kau benar. Mungkin dia mencoret meja
tersebut dengan terburu-buru atau dengan terbawa emosi.
Hattori : Tapi dengan adanya pulpen ini, kecurigaan
kita akan hal gaib kini telah hilang, hehe.
Shinichi : Apa yang kau tertawakan dasar bodoh.
Hattori : Apa maksudmu mengatakan aku bodoh?
Saguru : Sudah. Sekarang coba kalian perhatikan
baik-baik ketiga pulpen ini, pasti kalian akan mengetahui siapa pelakunya.
(Hattori
dan Shinichi pun mengamati pulpen tersebut dengan teliti.)
Shinichi : Astagah!
Hattori : Ternyata dia pelakunya!
Saguru : Kalian memang hebat! Julukan kalian memang
tidak salah, kalian dapat mengetahui pelaku tersebut dengan waktu yang singkat.
Hattori : Kau juga gak usah merendah deh. Kan kau
duluan yang mengetahui hal ini.
Shinichi : Sudah, jangan bermain-main. Kemungkinan
besar dia akan menyerang lagi di kelas yang sama.
Saguru : Itu benar. Kemarin meja yang dia coret
adalah meja paling belakang, lajur ke tiga dari pintu dan di sebelah kanan.
Hattori : Maka berarti sekarang incarannya adalah
meja paling depan lajur ketiga dari pintu dan di sebelah kiri.
Shinichi : Ayo, kita harus cepat ke kelas XI – IPA
sekarang! (Sambil berlari diikuti oleh dua yang lain)
Hattori : Tertangkap kau, wahai pembuat gempar
sekolah ini! (Sambil membuka pintu kelas XI – IPA)
Hattori : Loh? Kok kosong?
Shinichi : Sialan, kita terlambat. Lihat, meja
tersebut sudah dicoret olehnya.
Saguru : Dia mendengar suara langkah kaki kita dari
kejauhan dan segera melarikan diri tanpa sempat mengunci pintu kelas ini lagi.
Shinichi : Tunggu dulu. Coba kau ulangi apa yang kau
katakan tadi, Saguru.
Saguru : Yang bagian mana?
Shinichi : Di saat kita berlari.
Saguru : Dia mendengar suara langkah kaki kita?
Shinichi : Ya, jika dia mendengar suara langkah kaki
kita harusnya kita melihat dia keluar dari kelas ini karena tidak ada titik
buta di mana pun.
Hattori : Itu berarti.
Saguru : Ya, pelaku tersebut masih berada di kelas
ini bersama dengan kita.
Hattori : Hei, kau pelaku yang mencoret-coret meja
siswi kelas XI – IPA. Atas nama hukum kuperintahkan untuk keluar sekarang juga.
Shinichi : Tidak perlu berteriak. Loker horizontal di
kelas ini terlihat mencurigakan.
Saguru : Kau benar juga. Biasanya loker yang berat
ini jarang dipindahkan. Tapi, kita dapat merlihat dengan jelas di lantai bekas
loker ini diseret.
Hattori : Bener juga dan bekas ini masih baru.
Shinichi : Ya, itu berarti ada yang disembunyikan di
balik loker ini.
Saguru : Dan itu adalah si pelaku yang menjadi akar
dari segala permasalahan ini.
Hattori : Keluar lah kau, Jenely!
Jenely : Bagaimana kalian bisa tahu kalau yang
membuat semua ini aku?
Shinichi : Jangan bodoh! Kami ini teman kelas mu,
tentu saja kami tahu ciri khas dari teman kelas kami.
Jenely : Maksudmu?
Saguru : Yang namanya sifat dan kebiasaan itu
sangat sulit untuk diubah. Dan ketika melihat pulpen yang menjadi alat dalam
pencoretan itu kami langsung tahu bahwa itu adalah pulpen milikmu.
Jenely : Bagaimana bisa?
Hattori : Tentu saja, bodoh. Kau adalah satu-satunya
orang di sekolah ini yang tak tahan melihat sebuah pulpen dalam keadaan
terbuka. Kau adalah orang yang terbiasa dengan kerapihan.
Jenely : Tapi, bukankah masih banyak orang lain
yang bisa kalian curigai.
Shinichi : Seharushnya memang begitu jika kau tidak
melakukan kebiasaan mu itu. Coba bayangkan pencuri mana yang sempat merapikan
lagi rumah yang dia curi? Ini sama saja dengan mu. Jika orang lain yang
membuatnya mereka tidak akan sempat menutup lagi pulpen ini karena sudah pasti
tidak akan digunakan lagi.
Jenely : Bener juga, ya.
Saguru : Dari situ lah kami langsung tahu bahwa kau
lah satu-satunya orang yang dapat melakukannya.
Hattori : Sama seperti orang yang sudah sekarat dan
meminta pertolongan dengan menulis menggunakan pulpen, mungkin cuman kau dari
10 orang yang sempat-sempatnya menutup pulpen itu lagi padahal sudah sekarat.
Jenely : Tolong maafkan aku!
Hattori : Enak saja mau minta maaf semudah itu!
Apalagi meja yang dicoret ini bukan meja sembarangan!
Saguru : Sudahlah maafkan dia, Hattori.
Shinichi : Jenely, kami memaafkanmu. Tapi kamu harus
menghadap kepada Kepala Sekolah atas perbuatanmu ini. Kami tahu apa motifmu
melakukan ini dan kami tidak akan menyebarkannya. Pergilah dan temuilah Kepala
Sekolah dan sisanya kami yang atur agar murid-murid percaya kalau yang
melakukan semua ini adalah orang luar.
Jenely : Ah, benarkah? Terima kasih.
TAMAT
EmoticonEmoticon