Kamis, 19 Oktober 2017

NASKAH DRAMA SINGKAT TERBARU YANG BERJUDUL TERLUPAKAN




SUMBER: http://www.ubaya.ac.id/en/ubaya/articles_detail/57/The-Bear--Teddy-Bear--and-Ted-are-not-for-Children.html


Drama Terlupakan


Kuma    : Namaku Kuma, aku memiliki seorang sahabat yang sangat baik padaku. Dia selalu ada di saat aku sedih, senang, bahkan aku juga selalu ada ketika dia merasakan hal yang sama. Dia selalu menemani ku, meskipun itu hujan, terik, atau badai sekali pun. Dia sangat baik, ramah, perhatian, dan juga jujur. Aku merasa bahwa aku adalah mahluk yang paling berbahagia di dunia ini. Namun, tiba-tiba dia pergi begitu saja meninggalkan ku setelah dia menemukan temannya yang baru.
(Cerita mengalami flashback)
Kuma :Saat itu, aku sedang bermain bersama dia seperti biasa di teras rumah sore hari.
Fika    :Kuma, hari ini kita main masak-masakan, yah?
Kuma  :Tapi aku sudah kenyang.
Fika     :Terus kamu mau main apa?
Kuma   :Aku mau duduk aja seperti ini sama kamu.
Fika      : Iih, tapi kan ngebosenin kalau begini doang.
Kuma   : Tapi aku nggak merasa bosan.
Fika      : Kok kamu egois, sih?
Kuma   : Aku tidak egois.
Fika    : Itu buktinya, kamu lebih memilih kemauanmu daripada kemauan ku.
Kuma    : Tapi selama ini aku selalu menuruti permintaanmu, Fika.
Fika      : Kamu menyebalkan! (Berdiri meninggalkan Kuma)
Kuma    : Apakah aku salah?
Kuma   : Pada saat itu, Fika pergi meninggalkan ku begitu saja. Itu adalah pertama kalinya dia meninggalkan ku. Perasaanku sangat hancur karena Fika tidak pernah meninggalkan ku meskipun ia kesal dengan ku.
Mama Fika  : Loh, kok Kuma ada di sini?
Fika            : Biar aja mah, Fika sedang menghukum Kuma.
Mama Fika  : Kenapa dihukum?
Fika         : Kuma terlalu egois, Ma. Dia gak pernah mau denger Fika.
Mama Fika  : Udah, kasian tuh Kuma. Kamu harus belajar dewasa dong, Fika.
Fika            : Fika udah dewasa, Ma.
Mama Fika : Mana buktinya? Kuma aja masih kamu hukum, itu berarti kamu masih belum dewasa.
Fika        : Udah deh, Fika akan maafin Kuma. Lagipula bentar lagi mau ultahnya Fika, jadi Fika gak mau cari masalah.
Mama Fika      : Gitu baru anak mama yang dewasa.
Kuma      : Waktu berlalu, meskipun dia marah kepadaku, Fika tetap bermain dengan ku. Aku tahu bahwa dia masih menyayangi ku.
Kuma      : Fika!
Fika        : Ada apa, Kuma?
Kuma      : Selamat ulang tahun, Fika!
Fika        : Makasih, Kuma! Kamu yang pertama menyampaikannya.
Kuma      : Benarkah?
Fika        : Iya, aku seneng banget Kuma. Kamu memang spesial buatku.
Kuma      : Tentu saja, Fika. Aku selalu ada untukmu.
Mama Fika      : Fika! Selamat ulang tahun, sayang!
Fika        : Mama!
Mama Fika      : Aduhh, anak mama makin besar. Gak kerasa bentar lagi anak mama udah jadi tuan putri.
Fika        : Jangan gitu dong, Ma. Fika akan tetap jadi anak mama yang paling disayangi.
Mama Fika      : Iya, dong. Oh iya, ini mama ada bawa hadiah buat mu. (Memberi kado yang cukup besar kepada Fika)
Fika        : Benarkah? Wahh, senangnya.
Mama Fika      : Ini buat anak mama supaya dia nggak bosan.
Fika        : Makasih maa, Fika seneng banget.
Mama Fika      : Iya, udah mama jalan lagi ya. Mama harus pergi kerja lagi, bye!
Fika        : Bye!
Kuma      : Saat itu, Fika pun membuka kado tersebut dengan mata yang menyala-nyala bak seekor elang yang sedang mengintai mangsanya. Ketika kado itu terbuka, muncullah sosok boneka yang sangat bagus di hadapanku. Boneka dengan model yang selalu diinginkan oleh Fika sejak kecil.
Fika        : Wah, boneka! Ini boneka yang ku inginkan, makasih, maa!
Kuma      : Wah, boneka tersebut bagus sekali.
Fika        : Bener kan, Kuma? Mama memang hebat.
Kuma      : Lalu, kita apakan boneka tersebut?
Fika        : Tentu saja bermain dengannya. Aku akan memberinya nama.
Kuma      : Siapakah namanya?
Fika        : Hmmm... kalau dilihat dari penampilannya, aku akan memberinya nama yang lucu. Rilla! Itu namanya.
Kuma      : Rilla?
Fika        : Iya, aku memberinya nama Rilla, lucu kan?
Kuma      : Iya, tentu saja.
Fika        : Nah, Rilla ini Kuma. Kuma, ini Rilla. Kalian jangan bertengkar, ya.
Kuma      : Kupikir dengan adanya Rilla hidupku menjadi semakin ramai. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Rilla memiliki penampilan yang lebih menarik daripada diriku sehingga Fika selalu asyik bermain dengannya dan melupakan ku. Fika terus dan terus bersama dengan Rilla dan meninggalkan ku di sini bersama dengan barang-barang lainnya yang sudah tidak ia gunakan lagi. Perlahan-lahan, debu mulai menutupi diriku. Pandanganku sudah mulai kabur tertutup oleh debu. Andai aku dapat menangis, maka akan kubersihkan debu ini dengan air mataku. Sayangnya aku tidak dapat berbuat apa-apa, debu ini semakin banyak, semakin lebat, menguburku dalam kesepian, kesunyian, dan kesendirian. Aku TERLUPAKAN.

TAMAT

NASKAH DRAMA TERBARU BERJUDUL KARENA KU SANGGUP





SUMBER: http://rickyrizkiana.blogspot.co.id/2015/11/40-anime-romantis-terbaik.html

 Drama Karena Ku Sanggup

(Gemuruh hujan deras menutupi sunyinya ruang OSIS. Hanya ada Reza dan Gina yang duduk berseberangan dengan sebuah meja panjang sebagai pembatas di antara mereka berdua. Mereka berdua diam seribu kata, saling menundukkan kepala, sadar akan situasi yang sedang mereka alami saat ini.)
Reza       : Gin.
Gina        : (Diam tidak menjawab)
Reza       : Gina!
Gina        : (Mengangkat kepala secara perlahan menatap dingin ke arah Reza) Apa lagi?
Reza       : (Membulatkan suara) Aku minta maaf.
Gina       : Gak usah bahas hal itu lagi!
Reza       : Tapi aku sungguh minta maaf.
Gina       : (Berdiri dan memukul meja dengan kedua tangannya) Berapa kali harus ku bilang agar kau berhenti menyinggung hal itu lagi?
Reza       : (Berdiri dan memegang pundak Gina) Mengapa kau tidak pernah mau mendengarkan orang lain? Mengapa kau selalu egois? Tidak pernahkah kau berpikir tentang keadaanku?
Gina       : (Mundur satu langkah sambil melepaskan tangan Reza dari pundaknya) Jangan sentuh aku bajingan! Laki-laki berengsek seperti mu tidak layak untuk diperhatikan! Kau itu sampah! Lebih buruk daripada sampah!
Reza       : Bagaimana mungkin kau bisa tahu yang sebenarnya kalau kau tidak pernah mendengarkanku?
Gina       : Apa lagi yang perlu ku dengar? Aku sudah menyaksikan semuanya dengan mata kepalaku sendiri!
Reza       : Kau salah! Itu semua cuman kecelakaan! Kau salah paham, Gina!
Gina       : Cuman kecelakaan kau bilang? Salah paham?
Reza       : Tolong dengarkan aku, aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti ini.
Gina       : Terus apa? Aku harus terus tersiksa karena ulahmu?
Reza       : Kan aku sudah bilang kalau itu semua hanya salah paham!
Gina       : Benarkah? Itu semua hanya salah paham? Padahal kulihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa pacarku sedang berjalan berpegangan tangan dengan adik kelasnya berdua.
Reza       : Tolong mengertilah, Gina! Itu karena suatu alasan!
Gina       : Alasan apa?
Reza       : Aku tidak bisa memberitahu mu.
Gina       : Lihat? Kau sendiri tidak bisa memberitahu aku pacarmu alasan itu! Apa aku ini bagimu?
Reza       : Kau adalah segalanya bagiku, Gina.
Gina       : Lalu mengapa kau tidak memberitahuku alasannya? Mengapa? Mengapa? Mengapa?
(Suara gemuruh hujan semakin deras ditambah dengan rintihan suara tangis Gina. Gina mulai menangis sambil menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya. Suaranya terdengar sangat pilu seakan mengalahkan bisingnya suara hujan yang menghantam atap ruangan ini.)
(Saat itu datanglah Citra, gadis yang menjadi inti permasalahan dari Reza dan Gina)
Citra       : (Membuka pintu ruang OSIS secara perlahan) Kak Gina?
Gina       : (Tetap menangis sambil perlahan berlutut sambil memeluk kaki meja)
Citra       : Kak Gina! (Berlari dan mendekap Gina)
Citra       : Kenapa dengan Kak Gina, Kak Reza?
Reza       : Citra, kamu ngapain ke sini?
Citra       : Citra khawatir dengan Kak Gina, makanya Citra nyusul Kak Gina ke sini.
Reza       : Kenapa kamu gak kasitau Kakak terlebih dahulu?
Citra       : Citra udah gak tau harus ngapain.
Gina       : (Mulai bernafas dengan normal kembali dan isak tangis sudah mulai menghilang) Kenapa kamu ada di sini, Citra?
Citra       : Citra khawatir sama Kakak.
Gina       : Lebih baik kamu pergi dari sini.
Citra       : Loh, kenapa Kak?
Gina       : Aku gak mau lihat mukamu lagi.
Citra       : Apa?
Reza       : Gina, tolong jaga mulutmu!
Gina       : Kenapa? Kamu lebih memilih membela dia daripada aku?
Reza       : Bukan begitu, dia gak tahu apa-apa tentang masalah kita tolong jangan bersikap kasar terhadapnya.
Gina       : Dia gak tahu apa-apa? Kamu itu sudah gila!
Reza       : Tenangkan dirimu! Jangan biarkan emosi menguasai dirimu, Gina!
Citra       : Kak Reza, biar Citra pergi saja. Kalau Kak Gina ingin Citra pergi maka lebih baik Citra pergi.
Reza       : Tidak Citra, lebih baik kamu di sini. Masalah ini harus diselesaikan.
Gina       : Oh, jadi kau lebih memilih dia adik kelasmu dibandingkan aku pacarmu? Baik, hubungan kita selesai!
Reza       : Baik, kalau itu maumu. Aku juga sudah muak dengan sikapmu.
Citra       : Kak Reza, Kak Gina! Tolong jangan mengakhiri hubungan kalian!
Reza       : Ini mungkin sudah yang terbaik, Citra. Perempuan ini tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang lain.
Gina       : Apa? Harusnya kau yang sadar bahwa kau adalah seorang yang berengsek yang taunya hanya mempermainkan hati wanita.
Citra       : Kak Gina, biar Citra jelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Reza       : Citra...
Citra       : Gak apa-apa, Kak. Ini semua memang salah Citra, jadi Citra harus bertanggung jawab. Citra tau penyebab yang membuat Kak Gina menjadi marah seperti ini.
Gina       : Lalu, apa penjelasanmu?
Citra       : Sebelumnya, Citra mohon maaf kalau misalnya apa yang Citra ceritakan nantinya membuat hati Kak Gina menjadi tidak enak. Tapi apa yang akan Citra ceritakan nanti memang benar adanya.
Reza       : Citra biar Kakak saja yang cerita.
Gina       : Nggak, aku mau denger dari Citra langsung apa yang terjadi.
Citra       : Baiklah, Citra dan Kak Reza sebenarnya sudah bersama sejak kecil. Kami hidup bertetangga dan sering bermain bersama. Orang tua kami juga sudah saling kenal dan sangat dekat. Sehingga kadang-kadang kami sering berlibur bersama. Kami selalu bersama hingga SMP. Namun, kami harus berpisah ketika Kak Reza lulus SMP.
Citra       : Kak Reza dan orang tuanya harus pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan sehingga Citra ditinggal sendiri dengan orang tua Citra. Sehari sebelum berpisah, Citra menghabiskan waktu dengan Kak Reza lebih dari biasanya hingga kami membuat janji bersama bahwa apapun yang terjadi, bagaimanapun keadannya, di manapun tempatnya, dan kapanpun waktunya, ketika kami bertemu lagi suatu saat nanti kami sudah siap untuk melanjutkan hubungan ke tingkat yang lebih serius lagi.
Citra       : Dan kami berdua pun berjanji dan bersumpah satu sama lain untuk tetap menunggu hingga hari dimana kami bertemu tiba. 2 tahun berlalu dan Citra pun lulus SMP. Dengan izin orang tua, Citra membulatkan tekad untuk pergi ke sekolah yang sama dimana Kak Reza berada. Citra pun menjadi murid di sekolah ini, dan akhirnya punya kesempatan untuk melihat Kak Reza setelah 2 tahun berpisah. Namun, kenyataan berkata lain. Kak Reza yang dulu mengucapkan janji dengan Citra, kini berjalan berpegangan tangan dengan wanita lain yaitu Kak Gina.
Citra       : Saat itu hati Citra hancur berkeping-keping. Citra mencari kesempatan untuk bertemu dengan Kak Reza dan saat itulah Kak Reza menceritakan semua tentang perjuangan Kak Reza dan Kak Gina saat bersama dahulu. Dan karena ku sanggup walau ku tak mahu, Citra mengikhlaskan perasaan Citra ini demi kebahagiaan kalian berdua yang sudah kalian bangun bersama. Dan karena itulah, kemarin adalah permintaan Citra yang terakhir kalinya untuk bisa berjalan bersama dengan Kak Reza lagi sebelum akhirnya Citra kembali dan bersekolah di daerah asal Citra.
Gina       : Maksudmu, kau akan pindah sekolah lagi Citra?
Citra       : Iya, Kak Gina. Dengan begini kalian berdua bisa hidup bahagia tanpa harus mengkhawatirkan Citra.
Gina       : Tapi, Kakak merasa bersalah telah merenggut Reza dari mu Citra.
Citra       : Tidak kok, Kak Gina. Justru inilah yang terbaik bagi kita semua, tidak adil rasanya jika Citra memaksakan perasaan Kak Reza untuk mencintai Citra jika sudah ada Kak Gina dihatinya. Untuk itu, Citra memilih pergi.
(Dengan berakhirnya penjelasan dari Citra, berakhir pula lah hujan yang mewakili perasaan masing-masing insan di ruangan tersebut. Hujan yang menakutkan dan menyedihkan diganti dengan matahari yang menyinari bumi dengan senyumnya yang indah menandakan bahwa masalah telah selesai dengan bahagia. Sepertinya.)
Tamat