Kamis, 01 November 2018

Paper Mengenal Kaum Qumran atau Kaum Eseni




KAUM QUMRAN ATAU KAUM ESENI

Kaum Qumran merupakan salah satu kelompok yang menganggap bahwa dunia sudah jahat dan kotor sehingga mereka berusaha membentuk sebuah komunitas agar berbeda dengan kaum lainnya karena mereka sungguh hidup dalam pengharapan untuk menantikan kedatangan kerajaan Allah yang telah diramalkan oleh nabi Yesaya dan tokoh-tokoh besar lainnya, misalnya Musa atau Habakuk[1]. Kehidupan mereka sungguh berpaut pada semua ajaran yang telah disampaikan oleh Musa dan ramalan nabi Yesaya sehingga mereka membina kehidupan yang sejalan dengan ramalan nabi Yesaya. Visi komunitas kaum Qumran dalam beberapa hal memiliki kesamaan yang menarik dengan visi Yesus tentang kekuasaan Allah yang akan datang.
Ada tiga visi kaum Qumran yang memiliki kesamaan yang menarik dengan visi Yesus yaitu; komunitas Qumran memberikan perhatian dan makna yang besar pada ritus “Perjanjian Mesianis” yang dirayakan oleh komunitas ini secara teratur sebagai antisipasi terhadap perjamuan besar pada akhir zaman, mereka menyusun kepemimpinan dengan 12 orang pemimpin sesuai dengan jumlah suku Israel atau Yakub anak Abraham dan hidup dalam keadaan berjaga-jaga serta siap sedia untuk bertempur melawan kekuatan kejahatan[2]. Secara sederhana visi kaum Qumran dapat dilihat secara singkat sebagai berikut:
1.      Mereka mengadakan perjamuan secara teratur.
Kaum Qumran mengadakan perjamuan secara teratur dengan tujuan untuk mengantisipasi kedatangan orang yang diurapi pada pembebasan akhir. Perjamuan bersama juga merupakan hal yang sering dilakukan oleh Yesus sampai pada saat perjamuan terakhir sebelum Ia disalibkan.
2.      Jumlah pemimpin mereka sesuai dengan jumlah suku Israel.
Kepemimpinan yang dibuat oleh kaum Qumran sama dengan jumlah rasul yang dipilih oleh Yesus. Mereka sudah menyiapkan kepemimpinan kaum Israel untuk dunia yang akan datang.
3.      Mereka siap menentang kejahatan.
Mereka menganggap bahwa kerajaan Allah yang akan datang merupakan perang suci antara kebaikan dan kejahatan. Hal ini juga tergambar pada Yesus yang sering mengusir setan.
Kendati ada kesamaan dari semua itu, namun mereka sangat kejam, balas dendam, tidak memiliki kasih untuk musuh dan tidak mengenal pengampunan. Kehidupan mereka tidak memiliki kasih yang universal seperti Yesus dalam segala karya-Nya. Mereka juga tidak menghargai kebebasan individu seperti Yesus. Oleh itu, dapat dilihat bahwa kaum Qumran tidak mau hidup berbaur dengan orang-orang di luar komunitas mereka karena mereka mau memisahkan diri dengan hidup yang penuh kejahatan dan menjaga kesucian diri agar tetap bersedia menantikan kehadiran Dia yang diurapi di tengah-tengah mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Fuellenbach, John. Kerajaan Allah Pesan Inti Ajaran Yesus bagi Dunia Moderen. Ende: Nusa
Indah, 2002.



[1] Bdk. John Fuellenback, Kerajaan Allah Pesan Inti Ajaran Yesus bagi Dunia Moderen, (Ende: Nusa Indah, 2006), 56.
[2] Bdk. John Fuellenback, Ibid., 56-57.

Khotbah Hari Minggu Biasa XXVIII "Lebih mudah unta masuk ke dalam lubang jarum dibandingkan orang kaya masuk ke dalam kerajaan surga"




KHOTBAH HARI MINGGU BIASA XXVIII
(14 OKTOBER 2018)
Bacaan I: Keb. 7:7-11
Injil: Mrk. 10:17-30
Pada hari ini ada empat hal yang mau dikatakan oleh Tuhan kepada kita melalui bacaan dan injil yang telah kita dengarkan.
1.      Melakukan semua perintah Tuhan belum cukup untuk memasuki kerajaan surga karena kita harus melepaskan semua kebahagiaan duniawi dan membagikan kasih Tuhan yang kita miliki kepada sesama.
Artinya jangan sampai kekayaan dan rahmat yang kita miliki justru mengikat diri sehingga kita tidak bisa membagikan diri dan kelimpahan kita kepada sesama. Memberi tidak selamanya berupa uang namun tenaga dan talenta yang kita miliki juga bisa kita berikan kepada sesama. Tidak semua orang yang kaya bisa hidup bahagia, mengapa demikian? Karena hidup mereka terus-menerus dihantui oleh kegelisahan misalnya; takut dirampok, takut usahanya rugi dan sebagainya. Ketika kegelisahan ini muncul maka mereka akan memberikan fokus yang maksimal pada usaha mereka agar bisa menjadi sangat kaya. Hasil akhirnya anak-anak tidak bisa mendapat perhatian yang seharusnya dari orang tua karena orang tua tidak mempunyai waktu bersama anak-anak. Secara tidak langsung anak-anak tidak mempunyai tempat untuk mengemukakan isi hati mereka. Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan mudah terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik. Oleh itu, ketika manusia sadar bahwa apa yang dimilikinya adalah milik Tuhan maka mereka akan menjadi manusia yang murah hati. Mereka tidak pernah menuntut balasan karena mereka yakin bahwa hidup mereka akan lebih bahagia ketika mereka bisa membuat sesamanya merasa bahagia.
2.      Harta duniawi terkadang membagi kasih manusia kepada Allah.
Artinya kasih manusia terbagi untuk hartanya dan Allah. Dalam kehidupan saat ini bisa dilihat bahwa hampir semua orang memiliki handphone. Handphone merupakan salah satu harta manusia yang dapat menjadi tembok antara manusia dengan Allah. Tanpa disadari manusia memindahkan jabatannya sebagai tuan atas dirinya kepada handphone sehingga tidak heran jika hidup mereka tergantung pada handphone. Dalam kesempatan bertemu dengan Tuhan 3 jam seminggupun terkadang ada yang tidak bisa memberikan 3 jam tersebut secara total karena masih menggunakan kitab Samsungnya saat perayaan ekaristi. Maka tidak heran jika waktu berdoa pribadi juga disita oleh kitab Samsung. Lebih parahnya lagi mereka yang begitu asyik dengan kitab Samsungnya sehingga tidur lewat malam dan tidak dapat menghadiri perayaan ekaristi pada hari minggu karena telat bangun.        
3.      Harta duniawi sering membuat beberapa manusia sombong pada Allah.
Secara tidak langsung kitab Samsung membuat manusia sombong pada Tuhan dan lebih memilih jalan kenikmatan duniawi dibandingkan jalan menuju kehidupan kekal. Ketika manusia hanya fokus pada dirinya sendiri dan kitab Samsungnya maka hubungannya dengan sesama menjadi rapuh sehingga mereka sulit mengerti pada orang lain dan tidak bisa memberikan diri bagi sesama.
4.      Allah selalu menyediakan jalan keselamatan bagi semua orang, hanya saja manusia mau berjalan dalam jalan tersebut atau tidak.
Seorang yang kaya datang kepada Yesus dan meminta Yesus menunjukan jalan menuju kehidupan kekal kepadanya. Ketika Yesus mengemukakan perintah Allah kepadanya, dia mengungkapkan bahwa dia telah melakukan semua perintah Allah. Yesus menyuruh dia menjual semua hartanya dan mengikuti Yesus. Kisah injil tersebut menggambarkan secara jelas bahwa Yesus menunjukkan jalan dengan lengkap. Kitab Samsung sebenarnya membantu kita jika kita mau menggunakannya dengan bijaksana. Jalan yang baik sudah kita ketahui, tergantung pada diri kita masing-masing mau memilih jalan yang mana. Pilihlah jalan yang membawa kebaikan bukan kehancuran.

Paper Kehidupan Sosial Ekonomi Dalam Perjanjian Baru




KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DALAM PERJANJIAN BARU

          Pada  zaman Yesus kita dapat melihat bahwa kehidupan sosial ekonomi tidak terlalu baik. Buktinya Yesus sering bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa karena Yesus tahu bahwa merekalah yang harus disembuhkan (bdk. Luk 19:7, Luk 5:30). Yesus juga meneguhkan mereka yang miskin serta membuat mereka kaya dalam kehidupan rohani (bdk. Luk 21:1-4). Kehadiran Yesus sungguh membuat orang-orang yang berdosa dan yang tidak memperoleh kehidupan yang layak memiliki harapan untuk menghiasi hidup mereka dengan pelangi yang indah di dalam lembar kehidupan yang baru (bdk. Luk 7:44-50). Kehadiran Yesus sungguh menjadi lilin ekspektasi bagi orang-orang yang rendah hati dan mau bertobat serta percaya kepada-Nya.
          Kehidupan manusia selalu koheren dengan keadaan atau situasi di sekitarnya sehingga keadaan atau situasi tersebut bisa menjadi salah satu gambaran yang bisa dilihat. Oleh itu, kita dapat melihat secara garis besar hal-hal yang koheren dengan kehidupan orang-orang dalam masa Perjanjian Baru dengan lebih dekat melalui beberapa sisi yaitu;
1.   Situasi ekonomi
Di masa Perjanjian Baru manusia sudah mengenal uang (bdk. Luk 20:24, Luk 21:2). Keberadaan uang menghilangkan sistem barter sehingga memudahkan para pedagang untuk berdagang di tempat yang jauh agar mendapat keuntungan yang besar.[1] Di sisi lain kelompok penguasa memanfaatkan keberadaan uang dengan menetapkan pajak untuk setiap orang asing (bdk. Mat 17:24-27) agar menjadi salah satu pemasukan bagi mereka sehingga kekayaan mereka terus bertambah. Di samping itu pemungut pajak juga memanfaatkan profesi pekerjaannya sehingga mereka memungut pajak melebihi dari yang sepatutnya (bdk. Luk 19:8). Hal ini membuat masyarakat kecil tidak bisa memperoleh kehidupan yang layak, misalnya para janda, petani yang memiliki ukuran tanah yang kecil dan buruh yang kurang mahir. Secara tidak langsung pajak membebankan hidup mereka yang memiliki status sosial yang rendah.
2.   Rumah
Pada umumnya rumah-rumah di masa Perjanjian Baru dibangun dari batu Tela, ranting-ranting dan ditutup dengan plesteran lumpur sehingga harus diperbaiki secara berkala.[2] Atap rumah pada umumnya memiliki tangga di luar rumah yang menghubungkan atap dengan halaman bawah dan tembok yang rendah atau sandaran sehingga tidak membuat orang jatuh karena ia dibuat untuk tempat duduk-duduk, tempat menyimpan barang dan tempat bersantai-santai. Lazimnya mereka membangun tembok untuk dijadikan pagar halaman rumah.[3]
3.   Pakaian
Dalam masa Perjanjian Baru kain ungu merupakan pakaian yang sangat mahal sehingga hanya dipakai oleh kaum bangsawan, misalnya raja (bdk Yoh 19:5). Pada umumnya mereka mengenakan pakaian berwarna putih. Perbedaan antara pakaian pesta dan pakaian sehari-hari terletak pada harganya. Pada masa Perjanjian Baru orang Yahudi mempunyai lima set pakaian yaitu;
1)    Pakaian dalam atau biasanya disebut khiton.
2)    Pakaian yang dipakai di luar disebut himation, ia seperti jubah.
3)    Korset adalah tempat untuk menyimpan uang.
4)    Kain penutup kepala.
5)    Alas kaki yang diberi tali pada sisi-sisinya untuk diikat pada kaki.
4.   Makanan/minuman
Makanan pokok pada masa Perjanjian Baru adalah roti. Roti menjadi makanan pokok karena di zaman Perjanjian Baru gandum merupakan hasil pertanian yang terbesar, buktinya Yesus sendiri menggunakan roti sebagai makanan yang menjadi tubuh-Nya dalam perjamuan terakhir bersama murid-MuridNya (bdk. Luk 22:19). Minuman yang selalu diminum dalam perjamuan bersama dan hari raya adalah anggur (bdk. Yoh 2:9-10). Dalam perjamuan terakhir Yesus bersama murid-MuridNya, Dia menggunakan anggur sebagai minuman yang menjadi darah-Nya (bdk. Luk 22:17-18).  Selain itu ikan juga menjadi makanan yang biasanya dimakan bersama dengan roti (bdk. Mrk 8:6-8).[4]
Dari empat sisi tersebut kita dapat melihat gambaran secara garis besar bagaimana situasi atau keadaan orang-orang di masa Perjanjian Baru. Pada umumnya keadaan atau situasi sekitar bisa memberikan sedikit gambaran mengenai kehidupan manusia. Oleh itu secara tidak langsung kita dapat mengenal kehidupan di masa Perjanjian Baru melalui gambaran sederhana di atas.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA
Suharyo, I. Yesus dan Situasi Zaman-Nya. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Judul Asli: the daily bible study: the gospel of mark), Penterj. Wenas Kalangit (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 2008.

SUMBER BUKU PENUNJANG
Rock, Lois. The Jesus Encyclopedia. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Heer, J. J. Taf. Alk. Injil Matius Ps 1-22. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001.



[1] Bdk. I. Suharyo, Yesus dan Situasi Zaman-Nya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 42.
[2] Bdk. J. J. Heer, Taf. Alk. Injil Matius Ps 1-22, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001), 130.
[3] Bdk. Lois Rock, The Jesus Encyclopedia, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 42.

[4] Bdk. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Judul Asli: the daily bible study: the gospel of mark), Penterj. Wenas Kalangit (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), 358.

Senin, 01 Oktober 2018

Informasi pendaftaran dan syarat-syarat calon seminaris untuk menjadi seminaris di Seminari Menengah Santo Yosef Tarakan







INFORMASI PENDAFTARAN CALON SEMINARIS

UNTUK MENJADI SEMINARIS DI

SEMINARI MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN



1.  PENDAFTARAN
A.    Pendaftaran dilakukan melalui pastor paroki di paroki masing-masing mulai bulan Januari-Maret.
B.    Syarat-syarat pendaftaran
-      Laki-laki, sehat jasmani, sehat rohani, tidak buta warna atau cacat dan merasa terpanggil untuk menjadi imam.
-      Siswa yang saat ini duduk di kelas IX SMP atau kelas XII SMA/SMK atau siswa yang telah lulus, sudah berkerja/kuliah.
-      Sudah dipermandikan minimal 1 tahun untuk siswa SMP dan 2 tahun untuk siswa SMA/SMK dibuktikan dengan fotokopi surat baptis.
-      Mengisi formulir yang sudah disediakan.
-      Menyerahkan pasfoto ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar.
-      Menyerahkan fotokopi akta kelahiran/surat kenal lahir.
-      Rekomendasi dari astor paroki.
-      Surat izin orang tua.

2.  PELAKSANAAN TES MASUK
A.    Tes masuk semiari akan dilaksanakan di paroki masing-masing.
B.    Tes masuk akan dilaksanakan pada akhir bulan Maret di paroki masing-masing.
C.    Setelah pelaksanaan tes, bahan langsung dikirim ke via Seminari Santo Yosef Tarakan.
D.    Materi tes untuk siswa yang berasal dari SMP,SMA maupun SMK.
-      Calon siswa yang berasal dari SMP:
ü  Agama
ü  Bahasa Inggris
ü  Bahasa Indonesia
ü  Matematika
ü  Psikotes
-      Calon siswa yang berasal dari SMA/SMK
ü  Agama
ü  Bahasa Inggris
ü  Bahasa Indonesia
ü  Psikotes
-      Wawancara

3.  PENGUMUMAN
Pengumuman kelulusan tes akan disampaikan pada bulan Mei melalui pastor paroki masing-masing.

Senin, 24 September 2018

HEWAN KIJANG DI DALAM KITAB SUCI (Alkitab Deuterokanonika)





HEWAN KIJANG DI DALAM KITAB SUCI

sumber: https://easydrawingguides.com/how-to-draw-a-deer/

            Nama kijang tak asing lagi bagi masyarakat kota dan masyarakat di pedalaman karena di pedalaman ada binatang kijang sedangkan di kota ada mobil yang bermerek kijang. Aku merupakan salah satu pribadi yang mengenal nama kijang dari mobil yang bermerek kijang karena aku belum pernah melihat hewan kijang yang sesungguhnya kecuali melalui media cetak dan elektronik setelah tiga bulan selesai dari bangku SMA. Kijang adalah hewan mamalia atau hewan yang menyusui. Kijang menjadi salah satu hewan yang dibutuhkan dalam dunia medis karena dagingnya bersifat kering dan panas. Ia dijadikan sebagai obat untuk menyembuhkan orang yang sering mengeluarkan keringat atau biasa disebut dengan paru-paru basah. Penyakit ini merupakan sejenis penyakit yang aneh karena pengidap penyakit ini sering mengeluarkan keringat meskipun dalam keadaan dingin maupun tidak melakukan aktivitas berat[1].
Namun tak pernah aku ketahui bahwa di dalam kitab suci yang digunakan oleh gereja katolik (Alkitab Deuterokanonika) terdapat banyak jenis hewan yang ditulis di dalamnya dan salah satunya adalah hewan kijang. Terdapat delapan belas kata kijang yang dituliskan di dalam kitab suci. kitab suci memaparkan dalam bentuk tulisan bahwa hewan kijang adalah hewan yang bisa dimakan oleh semua orang. “Tetapi engkau juga boleh menyembelih  dan memakan daging sesuka hatimu, sesuai dengan berkat Tuhan, Allahmu, yang diberikan -Nya kepadamu di segala tempatmu. Orang najis ataupun orang tahir boleh memakannya, seperti juga daging kijang atau daging rusa” (Ul 12:15). Itulah salah satu ayat yang memaparkan bahwa hewan kijang bisa dimakan oleh semua orang. Meskipun hewan kijang bisa dimakan namun tidak pernah dijadikan sebagai hewan korban persembahan bagi Tuhan. Kitab suci hanya memaparkan hewan kijang sebagai makanan dan simbol-simbol.
Simbol pertama dari hewan kijang yang digambarkan di dalam kitab suci adalah kecepatan. Simbol ini digambarkan di dalam dua kitab yang dituliskan sebagai berikut;
1.    “Ketika anak laki-laki Zeruya, yakini Yoab, Abisai dan Asael ada di sana; Asael cepat larinya seperti kijang di padang.” (2 Sam 2:18).
2.    “ Juga dari orang Gad ada yang memisahkan diri dan pergi kepada Daud ke kubu di padang gurun, yakini pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, orang-orang yang sanggup berperang, yang pandai menggunakan perisai dan tombak, dan rupa mereka seperti singa dan cepatnya seperti kijang di atas pegunungan.” (1 Taw 12:8).
Kedua ayat tersebut berbeda konteks namun sama dari segi arti simbol hewan kijang. Keduanya mengartikan atau mengumpamakan kecepatan anak zeruya (Asael) dan kecepatan pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa sama dengan kecepatan hewan kijang. “Cepat” merupakan kata kunci dari simbol hewan kijang di dalam kedua teks tersebut.
Simbol yang kedua menggambar cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dengan kata lain hubungan cinta ini terjadi antara dua pasangan yang berbeda kelamin. Hewan kijang menjadi simbol percintaan karena hewan ini suka berahi[2]. Kitab suci juga memaparkan hewan kijang sebagai simbol pujian yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada seorang perempuan. Contoh pujian yang dituliskan di dalam kitab suci adalah;
1.    “Rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.” (Ams 5:19)
2.    “Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.” (Kid 4:5).
3.    “ Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang.” (Kid 7:3).
Ayat-ayat tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bagaimana hewan kijang digunakan sebagai perumpamaan untuk memuji seorang perempuan. Meskipun gambarannya adalah hal yang masuk dalam zona usia dewasa. Namun cara berpikir kita yang menentukan apakah ianya bersifat positif atau negatif. Cara berfikir kita akan membentuk diri kita untuk menjadi orang baik ataupun sebaliknya. Tujuan hidup adalah menjadi orang baik. Dengan berpikir postif kita akan membangun diri kita seumpama membangun istana yang indah.

SUMBER

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA
Lede, Noberthus. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

SUMBER BUKU PENINJANG
Nuraeni, Dini Nuris. Dahsyatnya Pengobatan Hewan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2013.


[1] Bdk. Dini Nuris Nuraeini, Dahsyatnya Pengobatan Hewan, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2013), 139.
[2] Bdk. Noberthus Lede, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 504.