Kamis, 01 November 2018

Paper Kehidupan Sosial Ekonomi Dalam Perjanjian Baru




KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DALAM PERJANJIAN BARU

          Pada  zaman Yesus kita dapat melihat bahwa kehidupan sosial ekonomi tidak terlalu baik. Buktinya Yesus sering bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa karena Yesus tahu bahwa merekalah yang harus disembuhkan (bdk. Luk 19:7, Luk 5:30). Yesus juga meneguhkan mereka yang miskin serta membuat mereka kaya dalam kehidupan rohani (bdk. Luk 21:1-4). Kehadiran Yesus sungguh membuat orang-orang yang berdosa dan yang tidak memperoleh kehidupan yang layak memiliki harapan untuk menghiasi hidup mereka dengan pelangi yang indah di dalam lembar kehidupan yang baru (bdk. Luk 7:44-50). Kehadiran Yesus sungguh menjadi lilin ekspektasi bagi orang-orang yang rendah hati dan mau bertobat serta percaya kepada-Nya.
          Kehidupan manusia selalu koheren dengan keadaan atau situasi di sekitarnya sehingga keadaan atau situasi tersebut bisa menjadi salah satu gambaran yang bisa dilihat. Oleh itu, kita dapat melihat secara garis besar hal-hal yang koheren dengan kehidupan orang-orang dalam masa Perjanjian Baru dengan lebih dekat melalui beberapa sisi yaitu;
1.   Situasi ekonomi
Di masa Perjanjian Baru manusia sudah mengenal uang (bdk. Luk 20:24, Luk 21:2). Keberadaan uang menghilangkan sistem barter sehingga memudahkan para pedagang untuk berdagang di tempat yang jauh agar mendapat keuntungan yang besar.[1] Di sisi lain kelompok penguasa memanfaatkan keberadaan uang dengan menetapkan pajak untuk setiap orang asing (bdk. Mat 17:24-27) agar menjadi salah satu pemasukan bagi mereka sehingga kekayaan mereka terus bertambah. Di samping itu pemungut pajak juga memanfaatkan profesi pekerjaannya sehingga mereka memungut pajak melebihi dari yang sepatutnya (bdk. Luk 19:8). Hal ini membuat masyarakat kecil tidak bisa memperoleh kehidupan yang layak, misalnya para janda, petani yang memiliki ukuran tanah yang kecil dan buruh yang kurang mahir. Secara tidak langsung pajak membebankan hidup mereka yang memiliki status sosial yang rendah.
2.   Rumah
Pada umumnya rumah-rumah di masa Perjanjian Baru dibangun dari batu Tela, ranting-ranting dan ditutup dengan plesteran lumpur sehingga harus diperbaiki secara berkala.[2] Atap rumah pada umumnya memiliki tangga di luar rumah yang menghubungkan atap dengan halaman bawah dan tembok yang rendah atau sandaran sehingga tidak membuat orang jatuh karena ia dibuat untuk tempat duduk-duduk, tempat menyimpan barang dan tempat bersantai-santai. Lazimnya mereka membangun tembok untuk dijadikan pagar halaman rumah.[3]
3.   Pakaian
Dalam masa Perjanjian Baru kain ungu merupakan pakaian yang sangat mahal sehingga hanya dipakai oleh kaum bangsawan, misalnya raja (bdk Yoh 19:5). Pada umumnya mereka mengenakan pakaian berwarna putih. Perbedaan antara pakaian pesta dan pakaian sehari-hari terletak pada harganya. Pada masa Perjanjian Baru orang Yahudi mempunyai lima set pakaian yaitu;
1)    Pakaian dalam atau biasanya disebut khiton.
2)    Pakaian yang dipakai di luar disebut himation, ia seperti jubah.
3)    Korset adalah tempat untuk menyimpan uang.
4)    Kain penutup kepala.
5)    Alas kaki yang diberi tali pada sisi-sisinya untuk diikat pada kaki.
4.   Makanan/minuman
Makanan pokok pada masa Perjanjian Baru adalah roti. Roti menjadi makanan pokok karena di zaman Perjanjian Baru gandum merupakan hasil pertanian yang terbesar, buktinya Yesus sendiri menggunakan roti sebagai makanan yang menjadi tubuh-Nya dalam perjamuan terakhir bersama murid-MuridNya (bdk. Luk 22:19). Minuman yang selalu diminum dalam perjamuan bersama dan hari raya adalah anggur (bdk. Yoh 2:9-10). Dalam perjamuan terakhir Yesus bersama murid-MuridNya, Dia menggunakan anggur sebagai minuman yang menjadi darah-Nya (bdk. Luk 22:17-18).  Selain itu ikan juga menjadi makanan yang biasanya dimakan bersama dengan roti (bdk. Mrk 8:6-8).[4]
Dari empat sisi tersebut kita dapat melihat gambaran secara garis besar bagaimana situasi atau keadaan orang-orang di masa Perjanjian Baru. Pada umumnya keadaan atau situasi sekitar bisa memberikan sedikit gambaran mengenai kehidupan manusia. Oleh itu secara tidak langsung kita dapat mengenal kehidupan di masa Perjanjian Baru melalui gambaran sederhana di atas.

DAFTAR PUSTAKA

KITAB SUCI
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

SUMBER BUKU UTAMA
Suharyo, I. Yesus dan Situasi Zaman-Nya. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Judul Asli: the daily bible study: the gospel of mark), Penterj. Wenas Kalangit (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 2008.

SUMBER BUKU PENUNJANG
Rock, Lois. The Jesus Encyclopedia. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Heer, J. J. Taf. Alk. Injil Matius Ps 1-22. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001.



[1] Bdk. I. Suharyo, Yesus dan Situasi Zaman-Nya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 42.
[2] Bdk. J. J. Heer, Taf. Alk. Injil Matius Ps 1-22, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001), 130.
[3] Bdk. Lois Rock, The Jesus Encyclopedia, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 42.

[4] Bdk. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Judul Asli: the daily bible study: the gospel of mark), Penterj. Wenas Kalangit (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), 358.


EmoticonEmoticon