Selasa, 09 Mei 2017

RETRET SEMINARI MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN DI KEUSKUPAN TANJUNG SELOR PART 2


PENGALAMAN RETRET SEMINARI MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN YANG MENGUBAH DIRI  

 




BAGIAN 2 BAGIAN 1 KLIK DISINI

   Setelah menyadari semua rahmat Tuhan yang telah kami peroleh dan warisan-warisan yang kami dapatkan dari semua malaikat dalam hidup. Pada hari ini (senin), kami memulai kegiatan dengan meditasi dan merenungkan tentang kasih Tuhan yang tiada hentinya. Kasih Tuhan tiada hentinya tergambar dalam pengalaman-pengalaman keberhasilan kita dalam hidup. Setiap orang pasti mempunyai pengalaman keberhasilan tetapi tidak pernah mensyukuri semua itu. Semua manusia tidak dapat lahir ke dunia jika tidak pernah berhasil. Karena semua orang yang lahir ke dunia pada awalnya adalah sperma yang paling pertama (juara satu) sampai ke sel telur dan bertumbuh dalam rahim, setelah sembilan bulan sepuluh hari lahir sebagai seorang bayi.
    Setelah kami belajar dari semua pegalaman-pegalaman yang menarik dalam hidup. kami melanjutkan dengan belajar dari pegalaman-pegalaman yang pahit dalam hidup kami, terutama luka-luka batin yang menghambat masa depan kami serta memetik buah-buah yang ada di dalamnya. kebanyakan orang sering melihat sesuatu pada sisi buruknya saja sedang sisi baiknya yang lebih besar dibandingkan dengan sisi buruknya tidak bisa dilihatnya. Kebanyakan orang yang ingin melangkah maju dalam hidupnya tetapi selalu terhambat oleh luka batin (pegalaman-pegalaman pahit yang tidak bisa dilupakan melainkan selalu terbayang dalam hidupnya) dan luka itu tidak bisa sembuh karena dirinya belum bisa menerima peristiwa itu secara positif dan berdamai dengan dirinya sendiri yaitu, melihat hal-hal yang baik pada peristiwa tersebut dan memaafkan serta mendoakan setiap orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Kita harus sadar bahwa hidup kita adalah dinamis, bagaikan roda yang kadang di atas dan kadang di bawah. Dalam perjalanan hidup pasti ada kesuksesan dan kegagalan serta kegembiraan dan kesusahan. Namun kita terkadang tidak mau menerima kegagalan dan kesusahan melainkan ingin lari dari semua itu. Oleh karena itu, kita harus sadar bahawa setiap peristwa yang kita alami membuat kita semakin dewasa dan berkualitas. Maka kita harus belajar untuk bersyukur atas semua pengalaman yang telah kita alami agar kita bisa melangkah dengan mantap dalam kehidupan.
    Pada malam hari kami sangat bersukacita karena kami bisa menerima sakramen tobat dan setelah makan malam kami melaksanakan adorasi hingga pukul 05:00 pagi. Ini merupakan kesempatan yang sangat istimewa bagi kami untuk berdoa secara pribadi dan menjadi lebih dekat dengan Yesus.
    Pada hari selasa, kegiatan diawali dengan jalan sobat yaitu, berjalan ke luar wisma keuskupan namun berjalannya seperti pingguin dan tidak berbicara melainkan berdoa Rosario sambil melihat pemandangan di sekeliling. Kegiatan ini sangat menarik dan menyenangkan karena kita berdoa sambil melihat pemandangan sekeliling. Setelah itu, kami melanjutkan pada tes psikologi untuk sekilas melihat kelebihan dan keterbatasan kami. Tes ini membantu kami agar bisa memperbaiki kelemahan yang ada dalam diri kami. Setelah tes ini, kami diajak untuk menyadari kembali motivasi awal atau semangat awal kami masuk ke seminari. Akhirnya, kami diajak untuk membangun mimpi.
    Semua orang harus mempunyai mimpi dalam kehidupan dan mimpi itu harus bisa dicapai. Contohnya saya seorang seminaris ingin menjadi iman sedangkan mimpi yang tidak bisa saya capai yaitu, saya ingin ke bulan. Kita dan mimpi kita bagaikan orang yang ingin menyeberangi sungai yang dangkal tanpa terkena air (metode stepping stones). Kita dapat menyeberangi sungai ini tanpa terkena air dengan cara membuat jalan atau tempat untuk menginjak mengunakan batu. Batu tersubut disusun secara bertahap sehingga sampai di seberang sungai. Tanpa adanya mimpi, kehidupan seseorang akan menjadi tidak jelas karena tidak mempunyai tujuan hidup. Oleh itu, pada kegiatan ini saya belajar untuk membangun mimpi saya dan mimpi itu bisa saya capai di kemudian hari.
    Pada malam hari sebelum beristirahat, kami menulis surat untuk teman-teman kami dengan tujuan untuk mendorong kami semua agar dengan mimpi yang telah kami wujudkan, kami saling memberi semangat dan menguatkan dalam doa.
    Di hari terakhir rekoleksi kami mengawalinya dengan menukar surat kepada teman-teman kami dan saling mendoakan. Sungguh kegiatan ini menguat persahabatan diantara kami para seminaris. Lalu kami membuat niat dengan menggunakan “SMART  plan” yaitu, niat yang sederhana, punya patokan, bisa dicapai, masuk akal dan ada batasan waktu. dengan niat yang ada, kami teguhkan dengan perikop kitab suci yang menjadi inspirasi sikap, inspirasi hidup dan inspirasi yang akan dihidupi dalam kehidupan. Dan pada akhirnya semua itu kami persembahkan dalam perayaan ekaristi.


BAGIAN 1 KLIK DISINI 

BACA JUGA ARTIKEL BERIKUT INI KLIK PERUTUSAN


EmoticonEmoticon