NAMA: JENELY
DINUS PATI
KELAS:
SINTAKSIS
SEMINARI
MENENGAH SANTO YOSEF TARAKAN
RENUNGAN
PRIBADI
Tanpa disadari
sekarang saya sudah hampir dua tahun berada di seminari ini. Waktu tak terasa
begitu cepat berlalu. Dalam penulisan ini, saya merenungkan tentang merawat,
bertanggungjawab terhadap nama baik, dan rendah hati.
“Bertanggungjawab
Terhadap Nama Baik”
Sebagai seorang seminaris yang bersekolah
di SMA Katolik Frater Don Bosco Tarakan, saya sadar bahwa pribadi saya adalah
seorang seminaris yang kelak akan menjadi seorang imam. Oleh
karena itu, saya tahu bahawa segala tingkah laku dan kebiasaan saya di sekolah
akan tergambar melalui orang-orang yang melihat saya terutama teman-teman dan
guru-guru. Saya bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam diri saya yang sungguh membantu saya di SMA
Katolik Frater Don Bosco karena meskipun saya memiliki kulit hitam dan badan
yang gemuk namun beberapa guru sangat senang dengan penampilan saya yang rapi. Selain itu, meskipun
saya memiliki IQ yang biasa-biasa saja (sesuai
test yang dilakukan pastor mul dengan menggunakan bandul) tetapi saya selalu
rajin mengerjakan tugas yang diberikan dan mengumpulkan tugas tersebut tepat
pada waktunya. Salah satu hal
yang saya perjuangkan sejak SD adalah tidak menyontek dan hingga saat ini saya masih memperjuangankannya. Oleh itu, saya
menyadari bahwa jika sikap saya buruk maka yang mendapat capnya bukan diri saya
sendiri tetapi yang paling besar adalah nama
seminari dan ini akan dialami oleh teman-teman dan guru-guru yang mengajar kami
serta pastor-pastor yang mendampingi kami.
“Merawat”
Sejak awal masuk ke seminari saya membawa
hal baik yang telah saya peroleh dari rumah seperti merawat barang. Contohnya,
ketika menyimpan sapu, saya akan
membalikan posisinya agar sapunya lebih awet, membuat
paku penahan pelastik di keliling tempat sampah agar tempat sampahnya dapat
digunakan dalam waktu yang lama, memcuci
dan menyikat karpet pembersih kaki, menyikat
teras depan refter lama, memperbaiki
sapu yang rusak, memperbaiki
perpanjangan yang rusak, dan membersihkan daun
kering pada pohon pinang hias.
“Rendah hati”
Dalam memperjuangkan kerendahan hati saya
melakukan dengan cara yang sederhana yaitu lebih banyak mendengar terutama
ketika teman-teman menceritakan pengalaman mereka atau
cerita-cerita yang lain. Selain itu, menerima setiap
pekerjaan dengan terbuka dan melaksanakannya dengan sungguh.
Setelah saya merengungkan perjalanan
panggilan ini, saya merasa sudah
mantap untuk melanjutkan diri ke kelas tiga karena saya sekarang semakin
berkembang dalam doa pribadi dari yang pada awalnya
hanya berdoa 1 kali Bapa Kami, 3 kali
Salam Maria dan 1 kali Kemuliaan dengan penambahan 1 Rosario setiap hari dan
doa pribadi sebelum dan sesudah misa. Selain
itu,bisa mengikuti semua agenda seminari seperti berdoa, belajar, silentium, opera, menulis refleksi, mengerjakan
tugas seminari dan makan pada waktunya. Namun
saya juga masih mempunyai banyak kelemahan antarnya:
1.
Lambat mengerti atau memahi sesuatu,
contohnya ketika orang memberitahu saya sesuatu untuk saya lakukan tetapi
pemberitahuan itu hanya sekali maka saya akan merasa bingung. Hal ini akan
membuat saya unutk bertanya.
2.
Dalam teori saya sangat lemah, oleh
itu saya tidak dapat melakukan suatu pekerjaan jika saya belum pernah melihat
cara kerjanya.
3.
Saya masih bingung setelah kelas tiga, saya akan masuk ke ordo MSF atau OMI.