Kamis, 07 Oktober 2021

PENYEBAB ORANG YAHUDI TIDAK BERGAUL DENGAN ORANG SAMARIA


 

PENYEBAB ORANG YAHUDI TIDAK BERGAUL

DENGAN ORANG SAMARIA

Jenely Dinus Pati

Mahasiswa Fakultas Teologi Wedabakti (FTW) Universitas Sanata Dharma (USD)



Pengantar

Penulisan paper ini bertujuan untuk mengenal dan memahami “siapa itu orang Yahudi?” dan “siapa itu orang Samaria?”. Tambahan lagi, penulisan paper ini juga mau mengenal dan memahami latar belakang yang menyebabkan orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh 4: 9). Penulisan dan bahasa paper ini sungguh sederhana. Perihal tersebut diharapkan dapat membantu para pembaca agar bisa memahami dengan mudah dan mendalam.

1. Orang Yahudi

Pada mulanya sebutan “orang Yahudi” hanya dikenakan oleh keturunan Yehuda anak Israel dari Lea (2Raj 16:6). Setelah kembali dari pembuangan semua bangsa Israel disebut orang Yahudi.[1] Orang Yahudi atau bangsa Israel terdiri dari dua belas suku yaitu; Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Yusuf dan Benyamin (Kej 49: 2-28). Bangsa ini hidup dalam satu kelompok sejak berada di Mesir dan sampai masa pemerintahan raja Salomo. Setelah raja Salomo meniggal dunia, Orang Yahudi atau bangsa Israel terbagi atas dua kerajaan yaitu; kerajaan utara yang meliputi sepuluh suku dan Kerajaan selatan yang meliputi dua suku (1Raj 12: 1-24).[2]

Kerajaan Israel adalah kerajaan utara sedangkan kerajaan Yehuda adalah kerajaan selatan.[3] Nama kerajaan “utara” dan “selatan” merujuk pada posisi area kekuasaan di mana kerajaan Israel terletak di utara sedangkan kerajaan Yehuda terletak di selatan.[4] Kerajaan utara terdiri atas sepuluh suku yaitu; Ruben, Simeon, Lewi, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, dan Yusuf. Sedangkan kerajaan selatan terdiri atas dua suku yaitu; Yehuda dan Benyamin (1Raj 12: 23-24). Kerajaan utara dipimpin oleh raja Yerobeam dan Kerajaan selatan dipimpin oleh raja Rehabeam (1Raj 12: 17,20).

Raja Rehabeam menjadi penyebab pecahnya bangsa Israel. Ketika bangsa Israel meminta keringan dari pajak dan pekerjaan mereka, Rehabeam meminta waktu tiga hari untuk mempertimbangkan hal tersebut (1Raj 12: 5). Perihal tersebut dibicarakannya dengan para penasihatnya. Namun pada akhirnya dia mengambil keputusan yang kurang tepat. Rehabeam tidak mengindahkan nasihat para tua-tua yang mendampingi Salomo, ayahnya. Dia malah mendengarkan nasihat orang-orang muda yang sebaya dengannya. Akhirnya Rehabeam memutuskan untuk menambah beban bangsa Israel. Keputusan tersebut menjadi penyebab orang Yahudi terbagi dalam dua kelompok. Dua suku dipimpin oleh Rehabeam. Lalu sepuluh suku lainnya mengangkat Yerobeam menjadi raja mereka.[5]

Pada akhirnya, dua kerajaan tersebut musnah. Kerajaan utara dimusnahkan oleh raja Asyur pada masa pemerintahan raja Hosea lalu bangsa Israel diangkut ke Asyur (2Raj 17: 23).[6] Sedangkan kerajaan selatan dimusnahkan oleh raja Babel mulai dari masa pemerintahan raja Yoyakin  (2Raj 24: 14-15) sampai pemerintahan raja Zedekia (2Raj 24: 18- 25: 7). Pada masa raja Yoyakin, semua orang di Yerusalem diangkut ke Babel kecuali orang lemah (2Raj 24: 14). Lalu pada masa pemerintahan raja Zedekia, semua orang di Yerusalem diangkut lagi ke Babel kecuali para tukang kebun anggur dan para peladang (2Raj 25: 11-12). Selain itu, raja Nebukadnezar juga memusnahkan Bait Allah di Yerusalem. Hal ini disebabkan oleh pemberontakan raja Zedekia terhadap raja Nebukadnezar, raja Babel.[7]

2. Orang Samaria

Orang samaria adalah orang Yahudi. Mereka adalah orang Israel yang tinggal di kota kerajaan utara yaitu; kota Samaria. Mereka adalah orang-orang Yahudi lapisan terendah yang dipindahkan oleh raja Asyur ke Yerusalem. Perpindahan tersebut terjadi ketika kerajaan Israel sudah dihancurkan oleh raja Asyur.[8] Di samping itu, mereka adalah orang Yahudi yang tidak murni lagi. Hal tersebut disebabkan oleh perkawinan campur atau perkawinan dengan bangsa lain yang bukan bangsa Israel. Hal itu terjadi ketika mereka ditaklukkan oleh raja Asyur. Mereka melakukan kawin campur dengan orang Asiria.[9]

3. Penyebab Orang Yahudi Tidak Bergaul dengan Orang Samaria

Orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan adalah mereka yang hidup baik. Mereka sungguh menjaga kemurnian sebagai orang Yahudi. Bahkan hidup keagamaan mereka juga baik. Mereka adalah orang-orang yang cerdas dan berbakat. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk membangun kembali Yerusalem dan Bait Allah.[10]

Ketika orang Samaria mendengar bahwa orang Yahudi hendak membangun Bait Allah, mereka menawarkan diri untuk membangun bersama karena mereka juga menyembah kepada Allah. Selain itu, mereka juga orang Yahudi. Namun niat baik tersebut ditolak oleh orang Yahudi (Ezr 4: 1-3). Mereka menolak keterlibatan orang Samaria karena bagi mereka orang Samaria bukanlah orang Yahudi yang murni lagi. Hal itu disebabkan oleh perkawinan campur yang dilakukan oleh orang Samaria.[11]

Persoalan tersebut menjadi semakin parah ketika Ezra turut campur tangan. Ezra mencegah semua perkawinan campur. Bahkan dia tidak hanya mencegah perkawinan campur tersebut tetapi juga menghacurkan perkawinan campur yang sudah terjadi. Perkawinan campur tersebut dihancurkan oleh Ezra secara kejam.[12]

Penolakan yang dialami oleh orang Samaria menjadi pendorong bagi mereka untuk membangun kenisah sendiri. Mereka membangun kenisah sendiri di Gunung Gerizim.[13] Hal ini menjadi puncak ketegangan di antara orang Yahudi dan orang Samaria. Hal ini membuat orang Yahudi dan orang Samaria semakin terpisah jauh karena mereka tidak melaksakan ibadah di tempat yang sama lagi. Orang Yahudi beribadah di Yerusalem sedangkan orang Samaria beribadah di Gunung Gerizim.

Kenisah yang dibangun oleh orang Samaria ternyata menjadi persoalan. Hal tersebut menyebabkan ketegangan antara orang Samaria dan orang Yahudi semakin besar. Orang Samaria tidak lagi mengakui Bait Allah di Yerusalem sebagai rumah Allah. Mereka mengklaim kenisah merekalah yang lebih pantas menjadi rumah Allah yang sejati. Bagi mereka, kenisah merekalah yang dipilih dan diberkati oleh Allah.[14] Tambahan lagi, orang Samaria juga tidak mengakui kitab-kitab yang ada pada orang yang Yahudi kecuali kelima kitab Musa.[15]

Sebaliknya orang Yahudi juga menganggap bahwa kenisah orang Samaria tidak suci. Bahkan tempat tersebut dianggap tidak layak untuk mempersembahkan korban. Anggapan tersebut muncul dari sebagian besar orang Yahudi. Bagi mereka hanya satu tempat yang dipilih oleh Allah. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui adanya tempat yang kedua karena Allah hanya menetapkan satu tempat di salah satu suku Israel (Ul 12: 14).[16]

Kesimpulan

Berdasarkan semua pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahnya kerajaan Israel menjadi cikal bakal bagi perpecahan orang Yahudi atau penyebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Perihal tersebut semakin berkembang ketika orang Yahudi menolak tawaran kerja sama dari orang Samaria untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Penolakan tersebut diakibatkan oleh rasa tidak suka karena bagi mereka orang Samaria bukan orang Yahudi asli lagi melainkan sudah bercampur dengan bangsa lain. Pada akhirnya orang Samaria membangun kenisah sendiri di gunung Gerizim. Bahkan mereka juga tidak mengakui kitab-kitab yang ada pada orang yang Yahudi kecuali kelima kitab Musa. Itulah hal-hal yang menyebabkan orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.


DAFTAR PUSTAKA

Kitab Suci

Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015.

Buku

Carr, David M. 2010. An Introduction to the Old Testament : Sacred Texts and Imperial Contexts of the Hebrew Bible. Wiley-Blackwell: United Kingdom.

Wislocki, Lou. 2019. The Evolution of the Gospel in the Bible. Papias Press: Veto St Grand Rapids.

Dewberry, William. 2014. Communion of Love. AuthorHouse: Bloomington.

Rothery, Francis. 2014. Missional: Impossible!: The Death of Institutional Christianity and the Rebirth of G-d. Wipf and Stock Publishers: Eugene.

Pitts, David and Pitts, Martha. 2010. Carvings on the Heart. Tin Cup Projects: Colorado.

Douglas, J. D. and Tenney, Merrill C. Revised by Silva, Mosés. 2011.  Zondervan Illustrated Bible Dictionary. Zondervan: Michigan.

Nelson, Thomas. 2014. The Chronological Study Bible, New International Version. Thomas Nelson: Nashville Dallas Mexico City Rio De Janerio.

Weiden, Wim van der dan Suharyo Ignatius. 2000. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama. Kanisius: Yogyakarta.

Storm, Mel. 2014. Living Lord, Empowering Spirit, Testifying People: The Story of the Church in the Book of Acts. Wip and Stock: Eugene.

Ed. by  Neusner, Jacob, Green, William Scott, and Frerichs, Ernest S. 1987. Judaisms and Their Messiahs at the Turn of the Christian Era. Cambridge University: New York.

Pummer, Reinhard. 2002. Early Christian Authors on Samaritans and Samaritanism. J.C.B. Mohr (Paul Siebeck): Tübingen.

Esiklopedia

1967. New Catholic Encyclopedia. Vol. XII: Qat to Scr. McGraw-Hill Book Company: New York St Louis San Francisco Toronto London Sydney.

Heuken, Adolf. 1995. Ensiklopedia Gereja. Jilid V: Tr-Z, Sejarah Gereja di Indonesia, Sejarah Gereja di Asia. Yayasan Cipta Loka Caraka: Jakarta.



[1] Bdk. Heuken, Adolf, Ensiklopedia Gereja. Jilid V: Tr-Z, Sejarah Gereja di Indonesia, Sejarah Gereja di Asia, (Yayasan Cipta Loka Caraka: Jakarta, 1995), 115.

[2] The people are largely the descendants of the Ten Tribes of Israel that broke away from Judah at the death of Salomon. New Catholic Encyclopedia. Vol. XII: Qat to Scr, (McGraw-Hill Book Company: New York St Louis San Francisco Toronto London Sydney, 1967), 1009.

[3] This is distinction between "Judah" in the south and "Israel" in the north. Carr, David M,

An Introduction to the Old Testament : Sacred Texts and Imperial Contexts of the Hebrew Bible, (Wiley-Blackwell: United Kingdom, 2010), 23.

[4] The Kingdom of Israel located in the north, and the Kingdom of Judah in the south. Storm, Mel, Living Lord, Empowering Spirit, Testifying People: The Story of the Church in the Book of Acts, (Wip and Stock: Eugene, 2014), 16.

[5] After Solomon died, the people of Israel asked Rehobeam (his name meaning, he enlarges the people) to lighten the burden and labor Salomon had forced on them-excessive taxes the requisition of resources and a labor force. Rehoboam foolishly took the advise of his counselors and rejected their demands. Jeroboam (meaning he pleads the people's cause), who Salomon had exiled for treason, seized the opportunity to rally many of the tribes in rebellion against Rehoboam. Ten Tribes-after that referred to as Israel or Ephraim-broke away, leaving Rehoboam to rule only two-Judah and Benjamin. Wislocki, Lou, The Evolution of the Gospel in the Bible, (Papias Press: Veto St Grand Rapids, 2019), 18.   

[6] During the reign of King Hoshea of Israel, the Assyrians completed the destruction of the northern kingdom, and in 722 B.C, Israel was exiled to Assyria. Dewberry, William, Communion of Love, (AuthorHouse: Bloomington, 2014), 61.

[7] Rebellion by Zedekiah was the final straw for the Babylonians. Nebuchadnezzar marched on Jerusalem in 586 B.C. and breached the walls. He destroyed the temple that Judah had thought was invulnerable, took more of Judah's elite into exile. Carr, David M, An Introduction to the Old Testament : Sacred Texts and Imperial Contexts of the Hebrew Bible, 167.

[8] Bdk. Weiden, Wim van der dan Suharyo Ignatius, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama, (Kanisius: Yogyakarta, 2000), 82.

[9] The Samaritans were a mixed race people who had intermarried with the Assyrians. Rothery, Francis, Missional: Impossible!: The Death of Institutional Christianity and the Rebirth of G-d, (Wipf and Stock Publishers: Eugene, 2014), 206.

[10] The Jewish exiles who returned to Jerusalem were people who had lived well in Babylon and Persia and had amassed great wealth. The people were intelligent and talented and were able to rebuild their civilization and practice their religion freely. The people banded together in unity and were determined to restore the city of Jerusalem and the temple of the Lord. Among those who returned to Jerusalem was a Levitical priest named Zerubbabel. Dewberry, William, Communion of Love, 77.

[11] The Samaritans offered to help, but the Jewish leaders refused, not wanting to mix with the non-Jews. Samaritans were half-Jew, half-Gentile. Pitts, David and Pitts, Martha, Carvings on the Heart, (Tin Cup Projects: Colorado, 2010), 39.

[12] The split was increased by the ruthlessness with which Ezra prevented and even destroyed already existing meriages. New Catholic Encyclopedia. Vol. XII: Qat to Scr, 1009.

[13] After the Israelites, returning from Babylonian exile, refused to let the mixed races of Samaria help rebuild Jerusalem (Ezra 4:1-4; Neh. 2:19-20; 13:28), the Samaritans built themselves a temple on Mount Gerizim. Douglas, J. D. and Tenney, Merrill C. Revised by Silva, Mosés, Zondervan Illustrated Bible Dictionary, (Zondervan: Michigan, 2011), 521.

[14] Tension between Samaritans and Jews goes back at least to the reconstruction of the Jerusalem temple (538 b.c.). Yet a definite break between these groups occurred around either 388 or 332 B.C. when the Samaritans built a rival temple on Mount Gerizim, claiming Shechem rather than Jerusalem as the location of the true house of God. Nelson, Thomas, The Chronological Study Bible, New International Version, (Thomas Nelson: Nashville Dallas Mexico City Rio De Janerio, 2014) 1066.

[15] In reality all Samaritans rejected the prophetic books of the Jewish Bible , accepting only the Pentateuch as Scripture. Pummer, Reinhard, Early Christian Authors on Samaritans and Samaritanism, (J.C.B. Mohr (Paul Siebeck): Tübingen, 2002), 33.

[16] Many other Jews - indeed , entire sects - held the Second Temple to be incompletely holy or even completely unfit for for the offering of sacrifice. If it was not God's Chosen Place, Deuteronomy 12: 5-14 would no longer forbid the existence of other Jewish sacrificial shrines. Jews might be free to recognize the legitimacy of other holy places , such as the Samaritan shrine on Mount Gerizim. Ed. by  Neusner, Jacob, Green, William Scott, and Frerichs, Ernest S., Judaisms and Their Messiahs at the Turn of the Christian Era, (Cambridge University: New York, 1987), 70.