Kamis, 19 Oktober 2017

NASKAH DRAMA SINGKAT YANG BERJUDUL KASUS GORESAN PENA





DARAMA GORESAN PENA

(Suasana kelas terasa ramai. Shinichi Kudo dan sahabat sekaligus rivalnya Hattori Heiji sedang asyik duduk membahas tentang perkembangan kasus yang sedang terjadi di sekolah mereka beberapa hari belakangan ini.)
Shinichi    : Meskipun aku orang yang skeptis terhadap hal-hal gaib, kasus kali ini memang membuat ku sedikit takut.
Hattori     : Sungguh? Tidak biasanya kau akan bicara seperti ini.
Shinichi    : Jangan bodoh! Bukankah kau sendiri juga ketakutan ketika melihat dengan jelas bahwa meja itu dipenuhi dengan coretan?
Hattori     : Tentu saja aku takut. Tapi itu wajar karena aku memang takut akan hal-hal gaib. Tapi masa kau detektif terkenal dari Timur takut akan hal-hal gaib?
Shinichi    : Terus kalau memang aku detektif dari Timur gak boleh takut sama setan, gitu? Lu sendiri kan detektif dari Barat!
(Tiba-tiba datang Saguru Hakuba menengahi pertengkaran mereka berdua)
Saguru     : Sudah, sudah. Malu tahu diliat teman sekelas kalau dua detektif terkenal di kota ini bertengkar hanya karena masalah gaib.
Hattori     : Emangnya kau gak takut apa, Saguru?
Saguru     : Takut sih.
Shinichi    : Bahkan detektif terkenal dari London juga takut akan hal beginian.
Saguru     : Haha, tapi kita kan profesional jadi kita tidak boleh menunjukkan itu kepada orang.
Hattori     : Wah, apa-apaan ini? Menyinggung ku, ya?
Saguru     : Tidak, kok.
Shinichi    : Sudahlah, kalian berdua seperti anak kecil saja.
Saguru     : Oh, ya. Aku mendapat perkembangan yang menarik mengenai kasus ini.
Shinichi    : Perkembangan apa itu?
Saguru     : Tunggulah setelah pulang sekolah nanti.
Hattori     : Kenapa gak sekarang aja?
Saguru     : Aku takut kalau ada yang mendengar. Karena kemungkinan besar pelaku dari kasus yang menghebohkan sekolah kita ini ada di kelas kita.
Hattori     : BENARKAH?
Shinichi    : Diam, bego! (Menutup mulut Hattori menggunakan kertas)
Hattori     : Bwahh... kamprett!
(Sekolah telah usai, para murid berbondong-bondong pulang ke rumah mereka masing-masing, sedangkan ketiga detektif SMA terkenal ini tetap tinggal di sekolah dan menyelidiki kasus yang terjadi.)
Shinichi   : Cepat ceritakan perkembangannya.
Saguru    : Begini, kalian juga pasti shock ketika mengetahui salah satu meja murid di kelas XI – IPA tiba-tiba penuh dengan coretan. Tidak ada murid yang ada di sekolah ketika jam pulang dan semua kelas dikunci.
Hattori    : Ya, itu memang sangat membingungkan. Siapakah yang berani usil mencoret meja dengan keadaan kelas yang terkunci itu?
Saguru    : Di sinilah aku mendapat perkembangan yang unik. Ketika aku meminta izin untuk memeriksa kelas mereka aku mendapati 3 pulpen yang ujungnya sedikit rusak di balik lemari kelas mereka.
Shinichi   : Apakah kau membawa pulpen tersebut?
Saguru    : Tentu. Ini pulpennya.
Hattori    : (Mengambil salah satu pulpen lalu melihat dengan teliti) Hmm, mengerikan pelaku yang membuatnya. Dia menekan pulpen ini terlalu kuat sehingga ujungnya sampai rusak begini.
Shinichi   : Kau benar. Mungkin dia mencoret meja tersebut dengan terburu-buru atau dengan terbawa emosi.
Hattori    : Tapi dengan adanya pulpen ini, kecurigaan kita akan hal gaib kini telah hilang, hehe.
Shinichi   : Apa yang kau tertawakan dasar bodoh.
Hattori    : Apa maksudmu mengatakan aku bodoh?
Saguru    : Sudah. Sekarang coba kalian perhatikan baik-baik ketiga pulpen ini, pasti kalian akan mengetahui siapa pelakunya.
(Hattori dan Shinichi pun mengamati pulpen tersebut dengan teliti.)
Shinichi   : Astagah!
Hattori    : Ternyata dia pelakunya!
Saguru    : Kalian memang hebat! Julukan kalian memang tidak salah, kalian dapat mengetahui pelaku tersebut dengan waktu yang singkat.
Hattori    : Kau juga gak usah merendah deh. Kan kau duluan yang mengetahui hal ini.
Shinichi   : Sudah, jangan bermain-main. Kemungkinan besar dia akan menyerang lagi di kelas yang sama.
Saguru    : Itu benar. Kemarin meja yang dia coret adalah meja paling belakang, lajur ke tiga dari pintu dan di sebelah kanan.
Hattori    : Maka berarti sekarang incarannya adalah meja paling depan lajur ketiga dari pintu dan di sebelah kiri.
Shinichi   : Ayo, kita harus cepat ke kelas XI – IPA sekarang! (Sambil berlari diikuti oleh dua yang lain)
Hattori    : Tertangkap kau, wahai pembuat gempar sekolah ini! (Sambil membuka pintu kelas XI – IPA)
Hattori    : Loh? Kok kosong?
Shinichi   : Sialan, kita terlambat. Lihat, meja tersebut sudah dicoret olehnya.
Saguru    : Dia mendengar suara langkah kaki kita dari kejauhan dan segera melarikan diri tanpa sempat mengunci pintu kelas ini lagi.
Shinichi   : Tunggu dulu. Coba kau ulangi apa yang kau katakan tadi, Saguru.
Saguru    : Yang bagian mana?
Shinichi   : Di saat kita berlari.
Saguru    : Dia mendengar suara langkah kaki kita?
Shinichi   : Ya, jika dia mendengar suara langkah kaki kita harusnya kita melihat dia keluar dari kelas ini karena tidak ada titik buta di mana pun.
Hattori    : Itu berarti.
Saguru    : Ya, pelaku tersebut masih berada di kelas ini bersama dengan kita.
Hattori    : Hei, kau pelaku yang mencoret-coret meja siswi kelas XI – IPA. Atas nama hukum kuperintahkan untuk keluar sekarang juga.
Shinichi   : Tidak perlu berteriak. Loker horizontal di kelas ini terlihat mencurigakan.
Saguru    : Kau benar juga. Biasanya loker yang berat ini jarang dipindahkan. Tapi, kita dapat merlihat dengan jelas di lantai bekas loker ini diseret.
Hattori    : Bener juga dan bekas ini masih baru.
Shinichi   : Ya, itu berarti ada yang disembunyikan di balik loker ini.
Saguru    : Dan itu adalah si pelaku yang menjadi akar dari segala permasalahan ini.
Hattori    : Keluar lah kau, Jenely!
Jenely     : Bagaimana kalian bisa tahu kalau yang membuat semua ini aku?
Shinichi   : Jangan bodoh! Kami ini teman kelas mu, tentu saja kami tahu ciri khas dari teman kelas kami.
Jenely     : Maksudmu?
Saguru    : Yang namanya sifat dan kebiasaan itu sangat sulit untuk diubah. Dan ketika melihat pulpen yang menjadi alat dalam pencoretan itu kami langsung tahu bahwa itu adalah pulpen milikmu.
Jenely     : Bagaimana bisa?
Hattori    : Tentu saja, bodoh. Kau adalah satu-satunya orang di sekolah ini yang tak tahan melihat sebuah pulpen dalam keadaan terbuka. Kau adalah orang yang terbiasa dengan kerapihan.
Jenely     : Tapi, bukankah masih banyak orang lain yang bisa kalian curigai.
Shinichi   : Seharushnya memang begitu jika kau tidak melakukan kebiasaan mu itu. Coba bayangkan pencuri mana yang sempat merapikan lagi rumah yang dia curi? Ini sama saja dengan mu. Jika orang lain yang membuatnya mereka tidak akan sempat menutup lagi pulpen ini karena sudah pasti tidak akan digunakan lagi.
Jenely     : Bener juga, ya.
Saguru    : Dari situ lah kami langsung tahu bahwa kau lah satu-satunya orang yang dapat melakukannya.
Hattori    : Sama seperti orang yang sudah sekarat dan meminta pertolongan dengan menulis menggunakan pulpen, mungkin cuman kau dari 10 orang yang sempat-sempatnya menutup pulpen itu lagi padahal sudah sekarat.
Jenely     : Tolong maafkan aku!
Hattori    : Enak saja mau minta maaf semudah itu! Apalagi meja yang dicoret ini bukan meja sembarangan!
Saguru    : Sudahlah maafkan dia, Hattori.
Shinichi   : Jenely, kami memaafkanmu. Tapi kamu harus menghadap kepada Kepala Sekolah atas perbuatanmu ini. Kami tahu apa motifmu melakukan ini dan kami tidak akan menyebarkannya. Pergilah dan temuilah Kepala Sekolah dan sisanya kami yang atur agar murid-murid percaya kalau yang melakukan semua ini adalah orang luar.
Jenely     : Ah, benarkah? Terima kasih.
TAMAT


EmoticonEmoticon